Lipsum Text Widget

Senin, 27 Februari 2012

FIRST KyuMin (chaptr 1)

Diposting oleh layla3103 di jakarta 15.12.00 0 komentar
Title : FIRST

Author :
layla noer andiena (lol)

Chapter :
1/2 (for 1st story is KyuMin)

Fandom :
Super Junior

Pairing :
KyuMin, YeWook, EunHae

Genre :
Romance/Drama/Angst saya emang spesialis ini genre kyk-a =.=;)a

Rating :
R...Restricted! *plak*

Disclaimer :
I own the story! Sedangkan Super Junior punya emaknya masing-masing,saya cuma salah 1 dari beribu ELF yg ngarep jadi pemilik(?) mereka. ToT

Note :
Yihi~nongol lagi saya XD Lagi-lagi ini Fic Re-written ^^;)v karena suka sama ceritanya, jadi saya ubah aja fandom sama jalan ceritanya. Hehehe :p

Mungkin agak jelek dan membingungkan, tapi semoga semuanya senang XD
Cerita pertama tentang KyuMin, tapi selanjutnya bakal nongol cerita tentang Yewook & Eunhae

Warning :
Berhubung saya termasuk author berotak yadong *ngaku* jadi ini ratingnya rada tinggi :p buat yg ga suka Yaoi, smut, limun, lemon, citrus *apa deh* walau pun ga eksplisit, tapi sebaiknya jangan baca deh, saya ga tanggung kalo terjadi apa-apa pada anda yg membacanya dengan paksa *plak*XD

OoooooooooooooooooooooooO

Maybe I'm nothing for you but let me become something for me. Will you? 

OooooooooooooooooooooooooO

Sungmin's PoV

Pertemuan Pertama
Musim panas pertamaku di sekolah ini. Udara terlampau panas hari ini. Baju seragam tipis yang kukenakan saat ini sepertinya tidak membantuku untuk mengurangi gerah yang kurasakan saat ini. Kipas kecil bewarna Hitam masih kukibas-kibaskan di leher. Apakah Seoul memang sepanas ini?

Anak-anak yang lain mungkin tidak memiliki pemikiran yang sama denganku. Mereka sepertinya tidak peduli dengan udara yang begitu menyiksa ini. Para namja itu masih berlarian di dalam kelas memperebutkan photobook terbaru Jessica SNSD edisi musim panas. Ya, bisa kau bayangkan outfit apa yang dipakai Jessica.

Yah wajar juga sih, ini sekolah khusus pria. Mereka mungkin butuh hiburan karena tak ada yeojya disekolah ini (waduh, kasian amet ckckck). Tapi jangan salah, tak semua murid disekolah khusus pria seperti disini butuh hiburan seperti itu. Karena sebagian dari kami "biasa" melakukan hubungan sejenis. Hal yg lumrah untuk sekolah-sekolah khusus.

"Hey!." Hyukjae merebut kipas hitam yang memang miliknya dari tanganku.

"Kampungan" Umpat Hyukjae yang kemudian duduk di sebelahku. Aku hanya bisa memaklumi temanku yang satu ini. Sarkastik memang selalu menjadi ciri khasnya.

"Biarkan saja mereka. Mungkin dengan demikian mereka bisa merasakan indahnya hidup." Ujarku bijak sambil merebut kembali kipas dari tangan Hyukjae.

"Hidup yang indah tidak membutuhkan sampah seperti mereka"

"Kau berbicara seolah-olah kau berumur 59 tahun"

"Begitukah? Mungkin." Hyukjae hanya tergelak.

"Hey, kudengar ada murid baru yang masuk kelas ini." Hyukjae menopang dagunya dengan tangan yang terlipat di atas meja.

"Kau selalu update dengan masalah seperti itu"

"Jangan salahkan aku yang setiap hari harus mendengar ocehan para guru centil membicarakan murid baru itu yang katanya begitu wah"

Kuakui baru kali ini aku menemui namja yang sangat kompleks seperti Hyukjae. Dia berani mencoba semua yang dia benci termasuk menjadi anggota Taekwondo yang sama sekali bukan dunianya.

"Aku penasaran"

"You are."

"Permisi!" Pintu geser di depan kelas bergerak menyingkap seorang pria dengan kemeja putih dibalik jas musim panasnya Jungsoo-sshi. Dibelakangnya berdiri seorang namja dengan seragam sekolah yang berbeda dengan kami. Seragam sekolah swasta yang sangat elit. Sekolah yang tidak mampu kumasuki. Tapi kuakui auranya terpancar jelas ketika dia berjalan dan berdiri di depan memandangi kami semua. Kacamata yang sedang dipakainya membuat ia terlihat seperti "a smart boy". Wajahnya yang tersenyum membuatku terpesona walaupun hanya sesaat. Siapa dia? Diakah sang murid baru?

"Annyeong Haseyo. Cho Kyuhyun imnida. Mohon kerjasamanya".Ucapnya dengan senyum yang sempurna, tapi entah kenapa sedikit menyeramkan * Author ditoyor kyu*

"Menarik juga" Ujar Hyukkie.

"Memang"

"Hey". Sergah Hyukjae sambil menatapku bingung. Aku hanya membalas dengan tersenyum.

OooooooooooooooO

Percakapan pertama

"Mathematic! Suck!" Hyukjae membanting pelan bukunya. JungSoo-sshi sedang di depan kelas.

Menjelaskan persamaan trigonometri yang sangat kupahami Hyukjae membencinya. Aku tersenyum melihatnya mengacak-ngacak rambut pirangnya.

"Let me sleep for a while, okey?". Hyukjae mengubah posisinya. Melingkarkan tangannya di atas meja.

Buku-buku yang ada di dalam lingkaran tangannya menjadi sandaran kepalanya. Ya, memang begitulah Hyukjae, tidur dimana saja dan dalam hitungan menit sudah bertemu dengan gelapnya mimpi. Aku kemudian melanjutkan memperhatikan si murid baru yang tanpa kusadari begitu mempesona. Bibirku tak berhenti-berhentinya menyunggingkan senyuman melihat tingkah lakunya yang begitu berbeda dengan yang lainnya. Unik.

Entah mengapa tiba-tiba aku mengalihkan perhatianku ke depan. Jungsoo-sshi dengan kaki yang diketukan secara berirama di lantai memandang ke sebelahku. Ya, Tuhan! Hyukjae kau mendapat masalah besar! Cepat bangun! Aku menggoyang-goyangkan tubuh Hyukjae agar dia cepat bangun dari tidurnya. Tapi itu hanya tindakan sia-sia menyadari Hyukjae tidak akan secepat itu bangun.

"Kau!" JungSoo-sshi melemparkan kapur tulis ke arah Hyukjae. Tapi sial, aku yang tidak tahu apa-apa menoleh tepat ketika kapur tulis itu berada didepan mulutku membuat mulutku yang menganga entah maksudnya apa kemasukan kapur tulis sebesar kelingking. Sial!

"Ohk! Ohk!"

"Owh! Kau tidak apa-apa?" Jungsoo-sshi berlari ke arahku. Tetapi dia terlambat, ada seorang lagi yang lebih dulu mendahuluinya. Dia membantuku mengeluarkan kapur yang sudah terlanjur bergulir ke dalam lambungku.

"Tidak apa-apa, ohk! Tidak apa-apa kok!" Aku masih berusaha mengeluarkan kapur tulis terkutuk itu dengan bantuan orang asing di belakangku yang belum sempat kulihat. Jelas sekali rona kekhawatiran dari wajah Jungsoo-sshi.

"Kau harus di bawa ke ruang kesehatan" Ujar seseorang yang ada di belakangku. Ternyata dia yang membantuku. Kyuhyun segera membawaku dalam gendongannya. Ala pengantin baru dia membawaku berlari menuju ruang kesehatan. Dalam keaadan seperti ini aku masih terpesona dengan wajahnya yang dapat kulihat dari jarak 30 cm ini. Dia memang tampan.

"Seperti yang kau lihat. Aku memang tampan" ujarnya tiba-tiba yang segera membuat wajahku merona kemerahan.

"Ohk"

OooooooooooooooooO

Rasa pertama

Berjalan menyusuri pusat pertokoan di kota sebelah yang sama sekali tidak ku kenal. Seharusnya Hyukjae berada di sebelahku saat ini. Mencari bahan-bahan yang akan menjadi tugas liburan musim panas yang akan datang sebentar lagi. Tapi, Hyukjae berhenti di tengah jalan. Terpaku pada deretan televisi baru yang dipajang di etalase toko elektronik. Ya, ada Lee Donghae di sana. Donghae yang kutahu satu-satunya namja yang bisa membuatnya menangis sesegukan di depan etalase toko. Dia tidak peduli semua orang memandang kami aneh. Dan aku juga tidak peduli.

 Untuk apa kami peduli? Aku satu-satunya yang tahu seberapa dalam perasaan Hyukjae ke seorang Aktor bernama Lee Donghae itu. Fanboy? Oh, tidak! Jangan sematkan gelar itu di dadanya. Dia hanya mencintai orang yang salah.

Lee Donghae yang tak lain adalah teman masa kecil Hyukjae. Pacar sekaligus Cinta pertamannya. Yang pergi meninggalkan Hyukjae untuk mengejar karirnya. Yah.. itu keputusan yang berat. Pasti.

Hyukjae masih menangis memandangi Donghae. Diam dalam aliran air mata yang belum berhenti. Ini bukan pertama kalinya dia menjadi rapuh seperti ini. Berkali-kali. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku bukan badut yang bisa membuatnya tersenyum kembali dalam hitungan detik. Lagipula dia tidak butuh badut. Yang bisa kulakukan hanyalah memberinya waktu. Meninggalkannya merutuki keadaannya.

Seorang anak kecil duduk di sebuah bangku yang ada di pinggir jalan. Dia sibuk menjilati permen lolipop yang ukurannya lebih besar dari mulutnya. Aku pun duduk di sebelahnya. Kaki ku sudah cukup letih untuk berjalan.

Tiba-tiba saja lolipop yang ada di tangannya terjatuh. Gadis kecil dengan rambut yang dikuncir dua itu hanya bisa diam. Ooo.. sebentar lagi dia pasti menangis.

"Hue!"

Ting tong! Benar kan? Dia menangis. Sayangnya persediaan permen mint yang ada di tas ku habis di ambil Hyukjae tadi. Suara anak kecil itu memekakan telingaku. Semua orang kini memandangiku. Oh, tolonglah, dia bukan anakku. Bukan adikku.

"Ini untukkmu" Seorang namja dengan kacamata berbingkai hitam memberikan eskrim cone ukuran besar kepada gadis kecil itu yang sontak membuatnya berhenti menangis. Gadis kecil itu kemudian berlari kegirangan meninggalkanku dan.. Ya, Tuhan.. Kyuhyun! Kyu juga memberikanku eskrim cone ukuran kebih besar dari gadis kecil tadi kepadaku. Rasa Strawberry vanila. Dia kemudian duduk di sebelahku.

"Kandungan susu dalam eskrim itu baik untuk menetralisir racun"

"Ouh" Wajahku memerah lagi mengingat kejadian tiga hari yang lalu.

"Mungkin kedengarannya aneh untuk seorang yang baru kau kenal tapi wajahmu yang merona kemerahan itu aku suka. Manis". Ia terseyum. Manis…

"Kyu?" Wajahku entah semerah apa sekarang. Diikuti gerakan detak jantung yang tidak seperti biasanya. Berdetak dengan sangat cepat. Seolah-olah memainkan sebuah lagu rock. Sulit ku kontrol dan mungkin saja dia dapat merasakannya. Sangat jelas. Kenapa aku bisa seperti ini? Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Aku makin menundukan kepalaku. Aku hanya terlalu cepat menyimpulkan.

OoooooooooooooooooooooO

Surat pertama

Sudah enam bulan sepertinya aku memendam cinta kepada teman sekelasku. Aku tahu itu sungguh tidak layak mengingat posisiku yang bukan siapa-siapanya di tengah penggemarnya yang ternyata melebihi dugaanku. Tapi apakah aku salah selalu menantikan wangi mint tubuhnya setiap kali dia melewati bangkuku?

Apakah aku salah selalu histeris menceritakan kepada Hyukjae bagaimana caranya melihatku? Apakah aku salah selalu bedoa setiap malam agar aku bisa bertemu di dalam mimpiku? Apakah aku salah merasa
kegeeran melihatnya yang selalu menanyakan kabarku dan tidak untuk temanku yang lain? Apakah semua yang kulakukan salah?

 Mereka bukan Tuhan yang bisa meletakkan kebenaran dan kesalahan.
Dan kemarin aku baru saja menyerahkan sepucuk surat bersampul pink , surat pernyataan cinta. Tidak dengan cara langsung seperti teman-temanku yang memiliki keberanian melebihiku. Aku hanya sanggup menyelipkannya di lokernya sepulang sekolah. Itupun dengan bantuan Hyukjae. (aih Minnie, hari gini masih pake surat -,-) *Author ditiban minnie*

"Hey, berhentilah melamun!" Hyukjae menyikut pelan tanganku. Sedangkan mulutnya menguap dengan lebarnya. Pikiranku kali ini memang tidak fokus mengingat kejadian kemarin. Kyu menemaniku di ruang kesehatan. Kakiku terkilir akibat terjatuh ketika latihan basket dan sampai sekarang perban yang Kyu lilitkan dengan hati-hatinya di kakiku masih membuatku kehilangan pikiran untuk bertindak normal sampai detik ini..

"Enak saja!" Aku berpura-pura membaca majalah. Aku tahu. Membaca dalam keadan berjalan dengan penuh anak-anak yang lalu lalang ke sana kemari sangat rentan untuk menabrak dan ditabrak. Tapi, hanya itu yang bisa kulakukan untuk menutupi wajahku yang selalu memerah mengingat seseorang bernama Kyuhyun.

"Err.. don't ask me why, but I think he likes you too." Hyukjae menunjuk tepat ke arah Kyu yang ternyata sedang berdiri di bagian dinding yang menyembul sedikit di lorong sekolah. Dia menatapku. Menatapku dengan mata teduhnya. Kakiku kembali lemas. Semoga jarak 10 meter tidak membuatnya sadar betapa groginya aku.

"Berhenti membuatku melayang" Tidak pasti wajahku seperti apa saat ini menanggapi perkataan Hyukjae. Hyukjae hanya tergelak. Ya, silahkan is a silly thing, isn't?

"Yes. I do. Lihatlah caranya menatapmu. Dalam sepuluh detik aku bisa menentukan dia juga mencintaimu. He do it!"

"Hyukjae! Kau!" dengan menahan rasa sakit dikakiku, aku berlari mendahului Hyukjae. Takut dia akan menggodaku lagi. Aku pun berlari mendahului Kyu yang juga yang ditangan kirinya memegang buku dengan judul sama sepertiku. Tanganku yang lepas ditahan olehnya. Dia menyelipkan secarik kertas. Dan kemudian berlalu pergi sebelum kembali memamerkan senyuman indahnya kepadaku.

Aku terdiam. Cepat-cepat aku membuka lipatan kertas yang terselip itu ketika Hyukjae masih belum sampai ke tempatku berdiri.

Terimakasih

Hey! Apa maksudnya?
Aku kembali membacanya. Berharap ada tulisan lain. Dan memang benar ada PS di sana.

Terimakasih
PS : Aku menunggumu di bangku itu

Ajakan kencan? Apakah dia menerimaku? Benarkah? Ya, Tuhan! Apakah aku bermimpi? Yes! Yes! Yes!

"Akhirnya!"

"Kenapa?" Tanya Hyukjae sambil menepuk pundakku.

OooooooooooooO

Kencan pertama

"Hosh... Hosh... Kyu maaf telat, kau pasti sudah lama menungguku" Syal pink yang kukenakan sudah berantakan. Aku tidak peduli. Aku memang salah tidak bisa tidur semalaman tadi yang berakibat kesiangan. Ya, aku terlampau grogi dengan kencanku hari ini.

"Belum lama" Kyu berdiri dari duduknya dan membantuku memperbaiki syalku. Sedetik telunjuknya menyentuh kulit luar pipiku. Dingin. Sangat dingin. Dia bohong. Dia sudah lama menungguku.

"Mengenai suratmu kemarin.."

"Ya?."

"Terimakasih."

Hanya itu? Apakah hanya itu?

"Ayo !." Kyu menarik tanganku dan memasukkannya bersama tangannya ke dalam saku jaket hitamnya. Sungguh hangat.

"Kemana?" Belum sempat aku mencerna perkataannya tadi dia sudah membawaku berlari.

"Kencan"

OoooooooooooooooO

Ciuman pertama

Sudah sebulan aku menjalin perasaan dengan Kyu. Mungkin memang hanya aku yang menyukainya. Dia sama sekali belum pernah mengucapkan cinta untukku. Aku tahu mungkin aku egois tapi aku membutuhkan kata itu. Dia selalu berdiri di sebelahku menjadi selayaknya orang asing yang sama sekali tidak ku kenal. Dia belum pernah melakukan apapun untuku. Hanya sebatas genggaman tangan dan itupun hanya terjadi ketika kencan pertama kami. Hyukjae berkali-kali meyakinkanku bahwa Kyu sangat menyukaiku. Tapi, aku yang terlalu awam sangat membutuhkan sebuah kepastian. Katakan saja aku egois. Mungkin memang cocok untukku.

"Kyu?." Perpustakaan. Di sudut perpustakaan ini kami sering menghabiskan waktu bersama dalam kesunyian. Sudut yang hanya kami berdua terlalu sibuk dengan berbagai buku yang sama sekali tidak kupahami.

"Ya?."

"Apakah kau mencintaiku?."

Sesaat ku melihat Kyu terkejut mendengar pertanyaanku. Kacamata dengan bingkai logam bewarna hitam dilepaskan dan diletakkannya di atas buku yang tadi dibacanya.

"Apakah kau membutuhkannya?"

"Cium aku!"

"Kau belum membutuhkannya" Kyu kembali memakai kacamatanya dan larut dalam buku yang ada di tangannya.

Lihat! Dia begitu sombong! Susah payah aku mengumpulkan keberanianku untuk mengatakannya dia bahkan tidak memperdulikanku. Apa maunya?

"Aku pulang!" Buku-buku milikku yang berserakan di meja kukumpulkan. Memeluknya erat dengan satu tangan dan pergi meninggalkan Kyu. Aku sudah capek menghadapi kesombongannya. Aku belum mengenal dia. Oh, salah. Aku tidak mengenalnya. Belum dua langkah aku meninggalkannya dia sudah menarik tanganku dan memaksaku duduk di pangkuannya.

"Kau belum mengenalku" Kyu melepaskan kacamatanya lagi. Tangkai kacamata yang terbuat dari logam di sentuhkannya ke pipiku. Menyusurinya seinchi demi seinchi. Aku diam. Kyu berbeda dari biasanya.

"Buat aku mengenalmu!" Setetes air jatuh dari pelupuk mata kiriku. Kenapa aku begitu cengeng!

Kyu terkejut seperti menyadari betapa rapuhnya diriku. Secara tiba-tiba Kyu menempelkan bibirnya di pipiku. Menyusuri jejak tangisan di pipiku. Dia menjilatnya. Menjilat air mataku yang jatuh.

"Kau mungkin akan menyesal memilihku"

Belum sempat aku menetralisir keadaan hatiku yang berdegub dengan kencangnya Kyu membungkam bibirku dengan bibirnya. Hanya sentuhan. Sentuhan saja. Hanya lima detik. Tangisan ku sudah berhenti dari 12 detik yang lalu. Memandang takjub ke sosok pria yang hanya berjarak 10 cm dari wajahku.

"Sangat menyesal" Kyu kembali menempelkan bibirnya di bibirku. Melumatnya habis. Sesaat aku terdiam sampai lidahnya menjilati bibirku seperti meminta ijin untuk memasuki. Ya, lakukan saja. Lidahnya sudah bermain di lidahku. Menyusuri langit-langit mulutku. Sangat panjang dan lama. Sampai akhirnya aku mendorong tubuhnya. Aku membutuhkan oksigen. Wajahku memerah lagi. Begitu pula wajah Kyu. Sama sepertiku. Aku malu. Dia menutupinya dengan kedua tangan kirinya. Rambut coklatnya sudah berantakan bekas pegangan tanganku.

"Aku memang harus pulang." Ucapku. Yang kali ini tanpaa ragu berlari meninggalkannya.

OoooooooooooooooooooO

Rahasia pertama

Ya, disinilah aku. Menemani Wookie yang sepertinya ngidam cheese cake buatan kafe ini. Kafe yang dipenuhi namja tampan berkacamata. Seharusnya aku tahu Wookie memiliki maksud tersendiri mengajakku dan Hyukjae sekedar untuk melepaskan hasratnya akan cheese cake. Yesung-hyung. Aku mengenalnya. Wookie sepertinya menyukai namja itu yang menjadi butler di kafe ini. Atau bahkan mereka sudah berhubungan lebih dari yang kubayangkan. Pacaran mungkin.

"Terimakasih Minnie!" Wookie memelukku. Aku tak bisa menolak tampang imutnya ini. Dia memang sangat imut. Aku ragu dia ini namja. Tapi jika melihat dada yang rata dan bagian yang menonjol di bawah cepat-cepat membuatku kembali berpikir Wookie adalah namja. *hadeh, si Minnie ga sadar diri*lol

"Dasar childish!" Celetuk Hyukjae sambil menyeruput teh hijaunya.

"Hyukjae!" Wookie memajukan bibirnya. Masih tetap imut.

Aku hanya bisa tertawa.

"Tapi kuakui Yesung mu keren sih~" Hyukjae menarik hidung mancung Wookie yang segera membuat wajah Wookie bersemu merah.

"Tapi, apa Wookie gak cemburu ngeliat Yesung-hyung melayani wanita lain?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah Yesung-hyung yang sedang melayani segerombolan anak SMA.

"Cemburu tau! Sakit, nih! Tapi, Aku gak bisa berbuat apa-apa. Yesung-hyung suka. Aku hanya bisa ngeliat dari jauh aja" Sesaat Wookie tersenyum melihat Yesung-hyung yang ternyata senyuman itu merupakan balasan terhadap senyuman Yesung-hyung yang melihat Wookie dari tadi.

"Wookie bisa dewasa juga, yak?" Hyukjae kembali menarik hidung Wookie.

"Eh, Aku kebelakang dulu, ya?" Wookie melap bibirnya sebentar dan pamit permisi ke belakang. Seem likes women do.

"Ck, kedua temanku ini makin lama makin mirip yeojya deh" Gumam Hyukjae pelan tapi masih bisa terdengar olehku.

Aku tersenyum.

"Owh, Shit!" Umpat Hyukjae dengan paras terkejut.

"Kenapa Hyukkie?" Tanyaku yang mengikuti pandangan mata Hyukjae.

"Jangan Minnie!" Hyukjae menarik kepalaku cepat. Memaksaku melihatnya. Wajahnya diliputi kekhawatiran.

"Kenapa Hyukkie? Ada apa di belakang?" Aku sungguh penasaran dengan apa yang membuat Hyukjae terkejut.

"Gak ada apa-apa. Temenin aku ke toilet aja," Hyukjae menarik tanganku dengan kepala yang masih tertahan dengan satu tangannya lagi.

"Kenapa sih?"

"Cerewet!" Hyukjae tetap menarik tanganku sampai di depan toilet.

"Jangan kemana-mana! Tetep disini ajah! Oke?" Hyukjae mewanti-wantiku seperti seorang ibu. Aneh. Kembali aku tertawa melihat tingkahnya.

Pintu toilet telah di tutup Hyukjae. Aku yang berdiri di depan pintu hanya bisa mengotak-ngatik ponsel violet kesayanganku. Ada foto Kyu yang kuambil secara diam-diam ketika kami belajar bersama di perpus beberapa minggu yang lalu.

"Apa kamu tidak berlebihan terhadap pelangganmu?" Suara seorang yeojya mengusik konsentrasiku. Suara yang berada di di sudut lorong sana.

"Kalau pelanggan sepertimu aku tidak kan pernah menyesal" Suara itu? Suara yang sangat ku kenal. Ku mohon bukan dia.

Diam-diam aku melangkahkan kakiku menuju ke balik dinding yang menjadi asal suara itu. Hatiku menjadi sangat tidak tenang. Khawatir apa yang kutakutkan menjadi kenyataan. Seorang yeojya dengan rok minim tersudut dengan tangan kiri sang pria mengapit tubuhnya sehingga yeojya itu seperti terkurung dalam kekuasaannya. Namja dengan pakaian yang sama seperti yesung-hyung, namja dengan kacamata berbingkai hitam yang bertengger di atas hidungnya. Namja yang baru saja kulihat fotonya dari ponselku. Namja yang bernama Cho Kyuhyun.

"Kau nakal!" Yeojya itu tidak segan-segan mencium leher jenjang Kyu yang lebih tinggi darinya. Kyu Membiarkannya. Tangan kanannya yang memegang soft drink dingin di sentuhkannya ke pahanya yang membuat yeojya itu menggelinjang kegelian. Menyusuri paha putih yang memang betul-betul terekspos dengan jelasnya.

"Kau memang benar-benar nakal!"

"I am" Kyu tersenyum.

Aku sudah tidak tahan lagi. Sudah cukup. Setetes air jatuh dari ujung mataku. Aku kembali menangis untuk seorang Cho Kyuhyun.

"Kyu?" Bibirku bergetar menyebut namanya. Aku sudah tidak peduli. Sudah tidak peduli lagi.

Kyu menoleh kearahku bersamaan dengan wanita itu. Mimik terkejut Kyu yang sedetik kemudian seperti tidak terjadi apa-apa makin membuatku ingin lari dari sini.

"Mianhae" Aku sudah tidak sanggup lagi melihat semuanya. Ku mohon kenapa aku harus melihat semua ini?

"Ooo, Sial" Ujar Hyukjae yang berdiri di belakangku tanpa kusadari.

TBC

OooooooooooooooooO

Gimana chingudeul? Aneh? As always mah itu XD
Umm… rencananya sih saya bakal lanjutin Fic ini kalo Jawabannya positif, yg artinya banyak yang nge-Coment dan minta dilanjutin~ ekekekekeke *dilempar sandal*

Ok chingudeul, di Coment ya, biar author bisa nentuin apakah fic ini bakal lanjut atau ga XD
Btw, GOMAWO buat Readers yg udah nge-Coment semua FF saya,
Ingat ketentuan ada ditangan para readers  Chapter ke-2 bakalan lebih yadong dari yg ini makanya kalau ada yg gak suka jangan dibaca Chapter ke-2nya N aku akan melanjutkan kalau kalian meng-Coment untuk dilanjutkan dan mengelike nya
Keep Read and Coment ya chingudeul ^_^)v

Kunjungi Wordpress ku klik  disini

Gomawo

Minggu, 26 Februari 2012

Like As Now (The End)

Diposting oleh layla3103 di jakarta 17.04.00 0 komentar


Like As Now
.
Lead Cast :: Kim Ryeowook
Slight :: YeWook
Genre :: Hurt/Family
Rated :: K+
Summary :: Kalian pikir hanya kalian yang terluka? Aku seratus kali lebih terluka dari kalian..
Disclaimer :: All chara itu milik mereka pribadi dan Tuhan YME.. Saya hanya memiliki isi dari fict ini keseluruhan.
.
Happy Reading..
.



 " Hyung.."

Kutatap Kyuhyun yang tengah bersandar di pintu kamar kami. Ya, aku sekamar dengan adik laki- lakiku.

Kim Kyuhyun.. Dan aku, namaku Kim Ryeowook. Anak tertua di keluarga ini.. Saat ini sudah kuliah di jurusan seni sastra. Sedangkan Kyuhyun masih SMA.

" Nae?" Aku berdiri mendekatinya.

Tatapan mata namja itu kosong. Seperti biasanya.. Dari dulu sampai sekarang.. Sama.

Kyuhyun menghela nafas dan berjalan ke tempat tidurnya yang berada di kiri dari pintu kamar kami. Dia langsung berbaring sambil menatap kosong ke langit- langit. Beberapa saat kemudian satu tangannya meraih PSP dan memainkannya.

" Kyu, gwaenhana?"

Dia mengkhawatirkan.

Kyuhyun mengangguk. " Hyung.. Lagi.."

Lagi..?

Dengan perlahan aku melangkah keluar kamar. Aku sangat memahami arti kata LAGI yang diucapkan Kyuhyun tadi. Bahkan lebih mengerti dari siapapun yang mengenal kami. Perlahan aku menengok kebawah dari lantai dua rumahku yang cukup besar ini.

Ayah kami, Kim Siwon adalah pemilik perusahaan Hyundai. Tadinya namanya Choi Siwon, tapi sejak menikah dengan Kim Heechul, ia merubah marganya dan kami semua mengikuti marga Kim.
Jangan tanya padaku kenapa dia melakukan hal itu..

" Ya, Siwonnie! Kenapa ada foto yeojya disini!"

Aiish…

Kudengar appa mendengus kesal. " Dia itu hanya teman lamaku.. Apa salah kalau kami berfoto untuk kenang- kenangan?"

Sebelum aku dengar apa yang umma katakan, aku memilih pergi masuk ke kamar.
Kukunci pintu kamarku rapat- rapat.

Dari tempatnya berbaring, Kyuhyun menatapku. " Gimana? Udah lihat kan?"
Aku diam nggak menjawab pertanyaan Kyuhyun.

" Hyung…"

Kulirik Kyuhyun dengan tatapan yang aku sendiri nggak bisa menjelaskannya. Kyuhyun hanya menerawang lurus ke langit- langit kamar dengan tangan yang berada di atas dadanya. " Nae, Kyu?"

Senyum getir terulas diwajah Kyuhyun.

Aku juga sangat paham arti dari senyuman Kyuhyun itu. Aku hyungnya. Sebelum dia bilang aku bisa menebak apa yang akan ia sampaikan padaku. Nggak ada yang bisa memahami sifat Kyuhyun selain aku. Yeah, bahkan appa pun nggak bisa memahaminya..

Memahami kami mungkin..

" Kyu?" Aku memanggilnya ulang karena Kyuhyun tetap diam.

Namja itu menutup matanya dan tetap tersenyum pilu. " Aku lelah.. Mau tidur.." Kyuhyun memutar tubuhnya menghadap tembok. Membelakangiku.

Lelah..

Nae, Kyu.. Aku juga sama denganmu.. Aku juga lelah dengan semuanya.. Terlalu lelah..

Kugenggam erat pergelangan tanganku yang ditutupi kaus lengan panjang yang selalu kukenakkan tiap hari. Untuk menutupi sesuatu.. Perlahan kutarik lengan panjang bajuku dan menatap beberapa sayatan tipis di pergelangan tangan kananku.

Sayatan untuk mengecek apakah aku masih hidup atau sudah mati..
Sayatan yang selalu ada sejak ummaku, Kim Kibum pergi meninggalkan kami.
Sayatan yang menunjukkan betapa terlukanya aku..

Dan nggak ada yang tahu hal ini.. Setidaknya nggak ada yang tahu selain aku dan Tuhan..

0o0o0o0o0o0o0

" Kim Ryeowook.. Kau mengganti nama keluargamu?"

Lagi- lagi pertanyaan yang sama.

" Nae." Jawabku singkat pada sonsaengnim baru yang mengajar mata kuliah seni yang aku ikuti hari ini.

Setiap ada sonsaengnim baru dan mengecek kartu mahasiswaku, mereka pasti bertanya.

Jungsoo sonsaengnim menatapku heran. Tapi berikutnya dia tersenyum. " Melihat dari raut wajahmu, aku nggak akan bertanya macam- macam padamu." Jungsoo sonsaengnim mengembalikan kartu mahasiswaku.

 " Kau boleh pergi, tugasmu biar kuperiksa dan akan kukembalikan besok."

Kuambil kartu mahasiswaku dan membungkuk sejenak kepadanya. " Gamsahamnida, sonsaengnim. Annyeong hassimnikka." Aku segera keluar dari ruangannya.

Sejujurnya aku bosan dengan pertanyaan orang yang seperti itu..

Aku juga benci tatapan orang tentang kehidupanku..

Apa salahnya kalau kami mengganti nama keluarga? Nggak ada yang aneh.. Nggak ada yang berubah kan? Semua tetap sama seperti sebelumnya.. Aku adalah aku.. Ryeowook!

Sebelumnya, biar kujelaskan tentang diriku..

Seperti yang kemarin terjadi.. Appa dan umma, yang sebenarnya umma tiriku itu selalu bertengkar. Mereka baru menikah sekitar dua bulan yang lalu dan hubungannya makin kesini makin nggak harmonis.

Aku lelah…

Hampir tiap hari selalu bertengkar.. Tiap hari selalu bertentangan..

Padahal dulu sebelum appa menikah, kami hidup bahagia. Meski tanpa seorang umma.. Nae, ummaku sudah meninggal empat tahun yang lalu. Miris memang.. Tapi memang itulah kenyataan yang terjadi..

Meski begitu aku anak yang kuat!

Nae! Aku akan selalu berusaha menjadi orang yang kuat..
Bukan untuk diriku sendiri..
Tapi untuk Kyuhyun! Satu- satunya dongsaengku di dunia ini..

Kini aku duduk di kursi taman wilayah universitas. Sendirian.. Kesepian.. Seperti biasanya..
Kutarik lengan kemeja panjangku. Dan dari saku kemejaku kukeluarkan sesuatu..

Sesuatu yang seharusnya nggak perlu kubawa. Sebuah cutter..
Srettt~ Kutekan ujung pisau cutter itu agar sisi tajamnya keluar.

Inilah caraku untuk mengetahui apakah aku ini hidup atau nggak.. Cara untuk mengurangi rasa sakit dalam hatiku yang telah berakar cukup lama.

" Kau mau apa?"

Degh!

Aku menoleh kebelakang. Kutatap seorang namja berdiri tepat dibelakangku. Menatapku curiga. Dengan cepat aku kembali memasukkan cutter itu ke dalam saku dan menatap kedepan lagi.

Apa- apaan dia..

" Kau mau apa dengan cutter itu?"

" Bukan urusanmu!"

Namja itu berjalan kehadapanku dan duduk disampingku. " Kau mau melukai dirimu sendiri?"

" KUBILANG BUKAN URUSANMU!" Aku berdiri sambil menatapnya. Siapa dia? Dia nggak mengenalku, kenapa mau ikut campur urusanku! Menyebalkan sekali namja ini…

Dia menatapku heran. " Oke.. Mianhe.." Detik berikutnya dia tersenyum manis. Membuat kedua pipinya yang tembam itu menggembung lucu. Oke, dia cukup manis kalau tersenyum begitu. " Aku Kim Yesung. Boleh tahu siapa namamu?"

" Kim Ryeowook." Balasku singkat.

" Umurmu?"

" Sembilan belas tahun."

Dia tertawa. " Oke.. Aku sudah dua puluh tiga tahun. Panggil aku hyung!" Namja itu langsung menarikku kembali duduk disisinya.

 Hyung? Aku harus memanggilnya hyung? Bukan sunbae begitu? Aneh deh..

Tapi terserahlah..

" Kau kesepian yah?"

" Eh?" Aku menatap Yesung hyung cepat. " Kesepian..?" Ulangku heran. Dia kan pertama kali bertemu denganku, kenapa sudah bertanya macam- macam sih?

Yesung hyung berdiri. " Kelihatannya kau kesepian." Yesung hyung melirik jam tangannya dan langsung berdiri. " Ah, aku harus pergi. Oke, Kim Ryeowook.. Annyeong.." Yesung hyung mengusap kepalaku lembut sebelum ia pergi dan langsung berlari meninggalkanku.

Kutatap sosoknya datar..
Dia aneh ya?
Pertemuan macam apa ini?

0o0o0o0o0o0o0

" Kyuhyun, kau dimana?"

Aku menghubungi Kyuhyun sambil tetap fokus di depan layar komputerku. Mengerjakan tugas dari sonsaengnim yang harus segera diberikan dua hari lagi. Sudah jam delapan malam, dongsaengku itu masih belum pulang ke rumah.

" Aku di game centre hyung. Wae?"

Game centre? Tempat pelarian Kyuhyun..

" Aniyo.. Jangan pulang terlalu malam.."

Kyuhyun tertawa pelan. " Ah, masa bodoh. Memang ada yang perduli aku pulang malam atau nggak. Kan hanya ada hyung dirumah. Hari ini appa lembur pulang malam, dan umma.. Tadi dia meneleponku dan bilang akan menginap di rumah haelmoni."

" Kyuhyun.. Aku.."

" Cuma hyung yang menanyakanku kan?"

Kyuhyun… Izinkan aku bicara..

" Hyung, mungkin aku akan menginap di rumah Henli.."

" Menginap?"

" Mian hyung.. Tapi aku nggak ingin pulang hari ini. Sekali aja izinkan aku keluar dari rumah itu ya.. Jebal hyung.." Nada suara Kyuhyun seperti memohon kepadaku. Apa yang bisa kulakukan? Aku nggak pernah bisa memaksa Kyuhyun..

Karena hanya akan menyakitinya..

" Nae. Silahkan. Tapi jangan membolos besok.."

" Oke, hyung.. Gomawo.. Dan mian ya.." Kyuhyun langsung memutuskan panggilan kami secara sepihak.
Aku hanya bisa menghela nafas. Malam ini aku sendirian dirumah, ya? Kalau appa lembur malah kemungkinan nggak pulang..

Rumah ini terlalu sepi.. Dingin.. Dan hampa..
Aku benci suasana ini..
Kutatap foto umma yang kupasang di atas meja belajarku.

Umma.. Kenapa jadi begini sih?
Tatapan mataku tertuju pada cutter di atas meja belajarku. Dengan cepat aku menariknya dan mengeluarkan pisaunya. Kutarik lengan bajuku hingga pergelangan tanganku terekspos bebas sekarang.

Sret! Kugesekkan mata pisau itu kekulitku.
Sakit…
Sakit sekali..

Darah segar mengalir lembut dari lukaku. Aku nggak pernah menggeseknya terlalu dalam. Hanya segaris tipis.. Aku nggak berniat mati bunuh diri. Aku hanya ingin mengecek.. Apakah aku masih hidup.. Atau sudah mati..

Perlahan air mataku mengalir..
" Aiish.. Kenapa aku selalu menjadi yang paling lemah disini..?" Kutekan lenganku kuat- kuat. " Sakiiitt…"
Nae, sakit.. Tapi bukan lengan ini yang sakit..

Hatiku yang sakit..
Luka ini sudah berakar terlalu dalam..

Bahkan aku nggak yakin luka ini bisa sembuh hanya karena waktu.. Yah, hanya kematian abadi yang bisa menghapuskannya. Aku yakin itu… Setidaknya.. Aku butuh seseorang saat ini.. Aku butuh seseorang yang bisa menopangku.

Dan aku nggak mau orang itu Kyuhyun..
Semakin dia menyadari betapa hancurnya aku.. Sama aja seperti aku mencoba menghancurkannya secara perlahan.

Tuhan.. Kenapa kau nggak cabut aja nyawaku..
Kenapa kau dulu nggak mengizinkan nyawaku ditukar dengan nyawa umma..
Kenapa kau bawa pergi umma dariku!

0o0o0o0o0o0o0

" Wookie! Kau mau terima kerja sambilan jadi pelayan café nggak?"

Kutatap Sungmin hyung. " Café milik hyung itu bukan? Sourire café yah namanya?"

Sungmin hyung mengangguk. " Nae, kemarin ada pelayan yang keluar. Kau kan bilang sedang ingin kerja part time. Bagaimana kalau ditempatku aja? Lumayan.. Aku akan bayar perhari dan bisa disesuaikan dengan jam kuliahmu."

" Eh.. Apa itu nggak seenaknya aja namanya?"

Sungmin hyung menggeleng. " Nggak lah.. Aku kan hyungmu. Mau nggak?"
Tawaran bekerja yah? Lumayan.. Aku bisa keluar meski sebentar saja dari rumah..

" Mulai kapan?" Tanyaku pelan sambil merapihkan arsip dokumen mata kuliahku hari ini dan memasukkannya ke dalam tas. " Kalau hari ini aku nggak yakin bisa."

" Ya udah besok aja gimana?"

" Oke.." Sungmin hyung mengangguk dengan cepat sambil berdiri dan menenteng tasnya. " Aku mau pergi ke café sekarang. Bye, Wookie.." Namja manis itu melangkah cepat meninggalkanku yang masih berada di dalam kelas.

Paruh waktu..
Itu artinya Kyuhyun akan dirumah sendirian yah? Apa nggak apa- apa?

" Kita ketemu lagi ya?"

Suara ini? Aku buru- buru menoleh dan melihat namja itu, Yesung hyung.. Yapz, dia sudah berdiri di belakangku. Kapan dia masuk? Aku bahkan nggak mendengar langkah kakinya.

" Nggak berniat menyapaku Kim Ryeowook?"

" Ah, mi-mian hyung.." Aku buru- buru berdiri. " Annyeong." Dan sekali membungkukkan badan dihadapannya. Aku menatapnya. " Hyung sedang apa disini? Apa hyung anak fakultas ini juga? Kok aku nggak pernah lihat hyung?"

Yesung hyung kembali tersenyum sambil menggaruk kepalanya. " Hmm.. Sebenarnya aku disini buat melakukan survey aja. Aku sedang membuat skripsi buat ujian akhir tahun ini. Kau mau pulang Ryewook-ah?"

Pulang?

Pulang ke rumah itu..

" Aniyo.. Aku nggak mau pulang." Balasku santai sambil menarik ranselku.

" Ya sudah temani aku dulu.."

Tiba- tiba Yesung hyung menarik tanganku. Dan.. Aiiish! Luka yang kudapat semalam sakit sekali tertekan tangannya.

" Ughh.." Aku mengerang sedikit. Sebenarnya aku mau menarik tanganku lagi, tapi lemas. Rasanya mau menangis saking sakitnya.

Yesung hyung menatapku kaget. Lalu tatapannya teralih ke lenganku. Dari baju kemejaku muncul bercak merah yang merembes membasahi lengan kemejaku. Tentu aja Yesung hyung kaget dan melepaskan tanganku.

Sebelum aku menarik tanganku, Yesung hyung kembali menariknya, tapi kali ini ia menarik telapak tanganku perlahan sambil menarik lengan kemeja panjangku ke sikutku. Ia terdiam melihat luka di pergelangan tanganku.

Aku merasa malu..

" Jadi kau memang berniat melukai dirimu sendiri kemarin?"

Sial.. Dia ingat!
Yesung hyung mengangkat wajahnya menatapku datar. " Mungkin kau punya masalah, tapi mati bukan jalan keluar pabbo! Jangan seenaknya aja memotong umurmu hanya karena masalah! Apa dengan mati masalahmu akan selesai hah!"

Pabbo! Siapa yang mau bunuh diri!

Aku duduk di kursiku kesal. " Aku nggak berniat untuk mati."

" Lalu ini apa!" Yesung hyung membentakku, tapi tangan dengan hati- hati membersihkan darahku dengan sapu tangannya.

Aku lagi- lagi diam.

Yesung hyung mengikat lukaku dengan sapu tangannya. " Ayo keruang kesehatan. Lukamu harus diobati."
" Aniya!" Aku lagi- lagi berdiri. Kali ini sambil menarik tasku.

 " Hyung nggak usah ikut campur sama masalahku. Hyung bahkan nggak kenal siapa aku.. Jadi jangan berlagak sok atau memerintahku. Aku nggak berminat ditolong olehmu. Annyeong!" Dengan terburu- buru aku berjalan meninggalkan Yesung hyung. Aku tahu dia menatapku, tapi aku nggak mau menoleh.

" Kim Ryeowook!"

Aku berhenti. Masih tanpa menoleh kepadanya.

" Kalau kau butuh teman untuk bicara.. Aku mau kok menemanimu.."

Apa- apaan sih namja itu! Masa bodoh!

Aku melanjutkan langkahku, kali ini setengah berlari. Aku benar- benar nggak berani menengok ke belakang. Aku nggak berani melihat namja itu. Kenapa? Kenapa aku takut? Apa karena dia tahu rahasiaku.. Kalau begini.. Semua nggak akan lagi sama.. Semua akan berubah!

0o0o0o0o0o0

" Mana umma kalian?"

Aku dan Kyuhyun serentak menatap appa yang masuk ke kamar kami tanpa mengetuk pintu dulu. Aku mengerutkan keningku menatapnya. " Umma? Bukannya dikamar appa?"

Gantian appa yang menatapku heran. " Dia nggak ada di kamar." Appa langsung meninggalkan kamar kami.

" Kemana dia.." Gumam Kyuhyun sambil merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. " Jangan bilang kalau dia pergi lagi ke rumah haelmoni dan nggak akan pulang malam ini."

" Kyu, sopanlah.. Dia itu umma-mu pabbo."

Kyuhyun memutar tubuhnya membelakangiku. Nggak menanggapi omonganku.

" Wookie.. Kyu.." Appa kembali masuk ke kamarku dengan raut wajah sedih.

Kutatap dia. " Nae appa?"

" Apa sebaiknya kita pindah aja?"

" MWO!" Kyuhyun yang pertama kaget mendengarnya. Dongsaengku itu bangun dan menatap appa nggak percaya. " Ada apa lagi sih! Kalian bertengkar lagi eh?"

" Umma kalian bilang nggak akan pulang. Apa lebih baik kami berakhir saja?"

Ya Tuhan.. Apa lagi ini!

" Bagaimana menurut kalian? Wookie, kau yang paling tua disini. Bagaimana pendapatmu?"
Kenapa selalu aku yang kena!

" Entah." Aku hanya bisa menunduk sambil bersandar di sisi tempat tidurku. Air mataku sudah menggenang, siap untuk tumpah. Tapi aku masih menahannya. Aku nggak suka menangis di depan orang apalagi itu appa dan dongsaengku.

" Kyu, apa kau sedih?"

Kyuhyun diam nggak menjawab.

" Wookie.. Apa kau_"

" Kenapa selalu begitu!" Aku berseru masih dengan posisi menunduk. " Setiap kalian ada masalah, kami yang selalu kena imbasnya. Kenapa harus anak yang jadi korban. Kalau ada masalah selesaikanlah baik- baik!"

" Wookie.. Tapi appa rasa ini udah nggak bisa diselesaikan.."

" Bisa!" Aku masih bersikeras. Aku nggak mau hancur lagi. " Kenapa nggak dicoba? Sekarang juga, appa susul umma. Bicara dengannya apa yang terjadi. Selesaikan masalah kalian tanpa melibatkan kami.." Aku menarik nafas pelan dan air mataku menetes.

Hening..

" Baiklah.. Appa akan kesana sekarang." Appa diam sejenak. " Mianhae Wookie, Kyuhyun.." Setelah itu yang kudengar adalah bunyi pintu kamar kami ditutup. Aku tetap nggak mengangkat wajahku.

" Hyung.."

Aku masih diam. Satu tanganku menekan erat pergelangan tanganku yang lain. Menahan rasa sakit luka di tempat itu.

" Hyung.. Kau menangis?"

" Ani." Bisikku sambil naik ke tempat tidurku tanpa menatap Kyuhyun. " Aku mau tidur Kyu.. Malam.." Kutarik selimutku hingga menutupi setengah kepalaku.

" Hyung selalu begitu.."

Aku nggak membalas ucapan Kyuhyun.

" Hyung nggak pernah membagi perasaan hyung kepadaku. Aku tahu kok selama ini hyung terluka. Tapi hyung hanya diam. Kenapa hyung? Aku ini.. Dongsaengmu, kan? Atau kau hanya menganggapku sebagai orang luar?"

Mianhae Kyuhyun…

" Kau bahkan nggak menjawab pertanyaanku." Kudengar suara dari Kyuhyun. Sepertinya dia sudah berbaring lagi.

Perlahan air mataku menetes. Aku nggak terisak. Kugigit bibir bawahku untuk menahan isakanku agar nggak terdengar Kyuhyun.

Jeongmal mianhae Kyu.. Mianhae..

0o0o0o0o0o0

Kuperhatikan sapu tangan merah yang kemarin dililitkan Yesung hyung ditanganku. Oke, setidaknya aku harus mengembalikannya. Tapi bagaimana caraku untuk menemuinya? Dia bukan mahasiswa disini, pasti sulit.

" Wookie! Kau hari ini mulai masuk kan!"

Aku menoleh kearah Sungmin hyung yang berada jauh dariku. Dia sedang berjalan bersama Youngwoon hyung. Sepertinya dia terburu- buru sampai nggak bisa menghampiriku.

" Nae, hyung! Sepulang kuliah aku akan kesana!"

" Oke.. Aku tunggu!" Sungmin hyung berlari kecil mengejar Youngwoon hyung yang sudah berlalu pergi.
Nah, sekarang.. Cari Yesung hyung..

Tapi.. Apa dia akan bertanya macam- macam padaku yah?

Sesosok namja berjalan melewati taman. Dia tinggi dan menggunakan topi hitam. Rasa- rasanya meski jarak kami jauh, aku bisa mengenalinya dengan sangat mudah. Nae, Yesung hyung yang sedang berjalan disana.

" Yesung hyung!" Aku segera berlari mengejarnya.

Yesung hyung berhenti dan menoleh kearahku. " Ryeowook-ah. Waeyo?"

" Ini punyamu. Kukembalikan." Buru- buru aku menyerahkan kembali sapu tangan Yesung hyung. " Sudah kucuci bersih. Nggak ada noda darah sedikitpun. Gomawo atas sapu tangannya." Aku membungkuk sekali dihadapannya.

Yesung hyung menatapku datar. Dia langsung menarik lenganku dan menyibakkan lengan kausku. " Bagaimana dengan lukamu itu? Sudah sembuh?"

" Nae. Biasa aja." Balasku sambil menarik tangan Yesung hyung. " Aku harus pergi. Ann_"

" Tunggu!" Yesung hyung menahan tanganku. Tapi kali ini ia memegangi lenganku. Bukan pergelangan tanganku. Kami hanya saling bertatapan sebentar. " Semalam.. Kau menangis habis- habisan yah?"

Mwo?

Buru- buru aku mengalihkan wajahku. Apa kelihatan dari wajahku yah?

Sret! Yesung hyung meraih wajahku agar menatapnya.

" Matamu sembab dan wajahmu agak puat. Gwaenchana? Sebenarnya ada masalah apa denganmu? Kalau kau butuh teman untuk cerita, kau bisa mengandalkanku. Mungkin aku nggak bisa menyelesaikan masalahmu, tapi kau bisa lebih baik."

Benarkah aku boleh mengandalkannya? Mengandalkan orang yang aku sendiri nggak kenal.
Yesung hyung tersenyum. " Gimana? Berminat cerita?"

" Hyung.. Jangan katakan hal yang bisa membuatku semakin lemah.. Lebih baik jangan ikut campur. Kebaikan hati hyung malah akan membuatku semakin terluka.." Aku menunduk sambil memegangi pergelangan tangaku yang agak sakit.

Tangan Yesung hyung mengusap kepalaku lembut. " Tapi aku ingin kau membagi masalahmu denganku.. Aku ingin kau tahu aku akan ada untukmu.."

Yesung hyung terlalu baik..

Aku menatap namja itu dan air mataku menetes. " Hyung.. Boleh aku…" Aiish.. Aku bahkan nggak bisa melanjutkan kata- kataku. Kalau sudah menangis, aku nggak bisa mengendalikan diriku. Aku hanya menunduk. Nggak berani menatapnya..

Grep! Yesung hyung memelukku.

" Silahkan menangis.." Ia berbisik pelan kepadaku. " Kalau dengan menangis perasaanmu bisa menjadi lebih baik, kau boleh menangis. Menangis lebih baik daripada melukai dirimu sendiri."

Aku memeluk Yesung hyung dan menenggelamkan wajahku di dadanya.

" Setelah kau menangis.. Ceritakan padaku apa masalahmu.. Kau mau?"

" Nae, hyung.." Hanya itu yang bisa kuucapkan untuk sekarang ini.

Hanya itu..

0o0o0o0o0o0o0

Hidup itu nggak selalu sesuai keinginan.. Seberapa besar kau berusaha untuk hidup, seberapa hebat kau menghadapi semuanya, itulah yang akan menciptakan hidup yang sesuai dengan keinginanmu..

Kuingat dengan sangat jelas ucapan Yesung hyung kepadaku.

Kau boleh menangis.. Kau boleh menyalahkan sesuatu.. Tapi tetap kau nggak boleh membiarkan kesedihanmu terlalu lama. Kau lah yang mengatur hidupmu, bukan orang lain. Kau harus percaya, kalau kau tegar maka hari esok pasti akan lebih baik dari sekarang..

Kau melukai dirimu sendiri untuk mencari tahu kehidupanmu, kan? Berhentilah melakukan hal itu..
Aku tahu kau namja yang kuat..

Aku percaya kau bisa membuka pikiranmu untuk menyelesaikan masalahmu..

Karena itu.. Kau harus tegar. Masalahmu itu hanya satu dari banyak batu yang akan kau lewati selama menjalani hidupmu.

Yesung hyung sudah mengetahui rahasiaku.. Namun dia masih memberikanku saran yang sangat berguna..

Buka matamu, banyak orang yang memiliki masalah lebih besar dari apa yang kau hadapi..

Dia benar.. Bukan hanya aku yang menderita.

Aku juga nggak sendirian..

Jujurlah dengan perasaanmu sendiri.. Jujurlah pada orang lain..

Kejujuran.. Itulah point utama yang nggak kumiliki..

" Hyung.. Kau sudah pulang?" Kyuhyun membuka pintu kamar kami dan masuk dengan wajah tertekuk. "
 Kenapa pulang telat? Ada masalah hyung?"

" Tadi aku ke café temanku untuk kerja sambilan.."

Kyuhyun diam. Kuputuskan untuk menatapnya. " Kyu.. Waeyo?"

" Appa dan umma mau bicara dengan kita.."

Degh! Jantungku mulai berdegup kencang. Aku tahu sesuatu pasti terjadi lagi. Ada hal yang akan membuatku terluka lagi.

Aku berdiri dan berjalan keluar kamar dengan Kyuhyun. Langkah kami pelan..
Serasa waktu berhenti.

Kami masuk ke ruang kerja appa. Kedua orang tua kami sudah ada disana.

" Apa yang mau dibicarakan?" Kyuhyun bertanya duluan.

Appa dan umma diam.

" Ap_"

" Kami sudah memutuskan." Appa memotong ucapanku dengan nada datar. " Kami.. Akan berpisah.."


Inikah alasan aku merasa nggak enak..

Jadi ini artinya..

Berpisah.. Hancur.. Lagi!

" Ka-kalian bohong.." Suara Kyuhyun bergetar. " Kalian bohong kan! Bukannya sudah dibilang kalau ada masalah selesaikan secara baik- baik! Bukankah sudah dibilang jangan melakukan hal seperti ini! Kenapa kalian nggak bisa mengerti!"

" Kyu.." Aku berusaha memanggilnya.

" Kalian pikir dengan seperti ini semua akan selesai!"

" Diam Kyu!"

" Kalian membuat kami berdua merasakan hidup yang bahkan lebih menyedihkan dari anak terlantar sekalipun."

" KUBILANG DIAM KIM KYUHYUN!" Aku berteriak sambil menatapnya marah. Kyuhyun menangis..

Dan dia menatapku pilu. " Diam, Kyu.. Diam.." Kugigit bibir bawahku agar aku nggak terisak.

Kali ini aku menatap kedua orang tuaku. " Kalian.. Nggak serius kan..?"

" Mianhae, Wookie-yah.." Umma menutup wajahnya. Dia menangis..

" Mianhae.. Tapi kami nggak bisa meneruskan semuanya. Terlalu berat untuk kami.. Kalau begini terus kami akan saling menyakiti satu sama lain.."

" Kalian pikir hanya kalian yang sakit! Hanya kalian yang terluka! Aku dan Kyuhyun seratus kali lebih terluka daripada kalian! Pernahkah kalian mencoba memahami perasaan kami! Kalian lelah? Kami lebih lelah lagi!" Kini air mataku sudah nggak bisa kutahan lagi. Cairan bening itu mengalir perlahan.

Appa, Umma dan Kyuhyun diam.

Aku mengarahkan lengan kananku kearah mereka dan menarik lengan panjang jaketku.
Memperlihatkan luka- luka sayatan di pergelangan tanganku.

" Wookie! Kau!"

" Inilah tandanya appa.. Umma.." Bisikku. " Selama ini aku terus melukai diriku sendiri untuk mengetahui apakah aku ini hidup atau mati. Apa semua luka yang kurasakan ini bukanlah mimpi.. Apa ini belum cukup agar kalian paham!" Kutekan lukaku dan membuat luka itu kembali terbuka.

Darah keluar perlahan dari lukaku..

" Wookie!" Umma hendak mendekatiku tapi aku mundur. Penolakanku itu membuat umma diam menatapku sambil menangis sedih.

" Aku sakit, appa.. Umma.." Bisikku pilu. " Aku bahkan terlalu sakit untuk merasakan semuanya. Apa kalian nggak mengerti juga..?"

Brugh! Aku bersimpuh dilantai. Kakiku terlalu lemas untuk berdiri tegap.

" Hyung.." Kyuhyun langsung menghampiriku. Namja itu menunduk dipundakku. " Sudahlah hyung.. Sudah.. Jangan diteruskan lagi.." Dia berbisik parau kepadaku. Bahuku basah oleh air matanya. Satu tangannya meraih tangan kananku dan menggenggam tanganku.

" Mianhae, Kyu.. Padahal aku nggak ingin kau merasakan rasa sakit yang kurasakan.."

" Hyung.. Jeongmal pabboya.. Kenapa kau lakukan itu.. Kau berniat mati sendirian dan meninggalkanku begitu? Jangan konyol hyung! Umma meninggalkanku.. Apa sekarang kau mau meninggalkanku juga!"

" Mianhae, Kyu.." Aku menunduk. Tubuhku gemetar.

" Apa yang aku lakukan pada kalian.." Umma berlari kearah kami dan memeluk kami berdua seara bersamaan. " Mian.. Mianhae chagi.. Aku sama sekali nggak bermaksud melukai kalian berdua. Kupikir selama ini akulah yang terluka, aku terlau egois sehingga menutup mataku dari penderitaan kalian. Mianhae.." Yeojya itu terisak pilu.

" Siwonnie.." Umma memanggil appa pelan. " Bisakah.. Bisakah kita mencobanya lagi.. Demi anak- anak kita.."

Anak- anak kita.. Umma mengakui aku dan Kyuhyun sebagai anaknya..?

" Appa macam apa aku ini?" Kurasakan appa ikut memeluk kami. " Mainhae Wookie.. Kyuhyun.."

" Appa.." Kyuhyun bersuara pelan.

" Kita mulai dari awal.. Kita mulai dari awal lagi.." Apa berbisik pelan kepada kami.
Aku menekan pergelangan tanganku yang perih. Mulai dari awal lagi..

0o0o0o0o0o0

Aku menarik nafas menatap langit.

" Apa kabar..?"

Suara itu..

Aku menoleh dan melihat Yesung hyung berjalan mendekatiku. Sudah hampir satu minggu aku nggak bertemu dengannya. " Hyung.. Bagaimana kabarmu? Sudah mau pergi?"

Yesung hyung mengangguk. " Tugasku sudah selesai, aku harus kembali ke Cheonan.. Kau?"

" Masalahku juga sudah selesai. Hyung benar, aku harus jujur. Aku harus membuat appa tahu perasaanku kalau mau dia mengerti aku. Aku nggak mau melakukan kesalahan lagi..

" Kuulurkan tanganku yang kini sudah nggak kututupi dengan kemeja lengan panjang atau apapun. Kini sayatan tipi situ hanya kubalut perban. Jadi setiap melihatnya aku bisa mengubah diriku jadi lebih baik lagi. " Luka ini yang menjadi bukti kalau aku hidup.. Aku nggak akan menambahkannya lagi.."

" Bagus.." Yesung hyung mengusap kepalaku lembut.

" Dan juga.. Minggu ini keluargaku memutuskan untuk pindah ke Mokpo. Kami akan memulai yang baru ditempat yang baru hyung."

" Jadi.. Kita akan berpisah sangat jauh yah? Pertemuan yang singkat.." Yesung hyung tersenyum.

Aku hanya mengangguk. " Tapi aku bersyukur karena bertemu dengan hyung. Aku berterima kasih pada Tuhan karena mengirimmu untukku. Meski hanya sebentar, itu sangat berarti untukku."

" Arraseo." Yesung hyung tertawa pelan.

Aku memeluk Yesung hyung cepat. " Gomawo hyung.."

" Nae.." Yesung hyung balas memelukku. " Aku juga bersyukur bertemu denganmu.."

" Di suatu hari nanti, jika aku terlahir lagi, aku akan meminta dilahirkan menjadi yeojya dan hyung menjadi namja. Aku ingin bertemu lagi dengan hyung dan mengubah takdir kita agar bisa bersama.." Aku menatapnya sambil tersenyum.

" Tapi masa itu masih terlalu lama.. Untuk sekarang.. Nikmatilah hidup." Yesung hyung melepaskanku. " Kita akan berjalan di jalan yang berbeda. Aku mau kau nggak melupakan semua kata- kataku dan terus menjalani hidupmu dengan semangat."

" Arraseo, Yesung hyung!" Aku membungkuk dan tersenyum kepadanya. " Sampai jumpa.." Aku memutar tubuhku dan menarik nafas dalam- dalam. Aku akan membuka dunia baru untukku, aku akan menjadi lebih baik lagi.

Semangat!

Perlahan kulangkahkan kakiku. Aku akan terus melangkah dengan menatap ke depan.. Aku nggak akan kalah.. Aku nggak akan hancur. Apapun yang terjadi aku harus tetap menatap kedepan. Nggak akan ada satupun yang kubiarkan berubah lagi. Semua harus sama seperti sekarang. Dan aku akan bahagia..
.
.
~Fin~
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Hiks, Hiks, Hiks ceritanya sedih bgt *plakkk lebeh kambuh -_-
Hai readers gimana Fanfict aku ini? bagus or jelek? pasti jelekkan? hehe sudah biasa itu, nah sekarang aku minta coment dan like kalian agar aku bisa membuat fanfict yang lainnya
,apa bila kalian gk coment dan like akan aku UNTAG ingat itu *plakkk maksa

Follow me :: http://twitter.com/#!/layla_3103

Sabtu, 25 Februari 2012

A Story About Teddy Bear

Diposting oleh layla3103 di jakarta 20.43.00 0 komentar


Title : A Story About Teddy Bear

Author : layla noer andiena
Chapter : One shoot
Fandom : Super junior
Pairing : YeeWok – KyuWook - KyuMin
Genre : Fluff / Romance
Disclaimer : Super junior punya emaknya masing-masing. Saya Cuma numpang tenar(?) LOL
Note : Ahey~ Yewook lagi Khukhukhu XD
Saya rajin banged ngapdet ya?:pa
Hihi~ gomen kalo ada Typo en kesalahan nama/gelar *halah* ini Fic lama yg di buat mama(?) terus saya re-written :D
PS : buat Fic saya yg It's not Dime Novel, mianhae~ ada kesalahan penulisan. Seharusnya kan Wookie yg yeojya manggil-a Yesung-oppa, saya malah buat Yesung-hyung _
Saya tau koq, tapi saya lupa *ditabokin* mahap ya Chingu, en Gomawo sarannya ^^v
Ok, Silahkan dinikmati 3 *author disepak karena banyak omong*

OooooooooooooO

Yesung's PoV

"Yesung!"

Dia memanggil namaku.

"Kau dengar aku?"

Namja imut itu mendudukkanku di pangkuannya. Membelai lembut kepalaku. Bulu-bulu yang mulai rontok dimakan usia.

Sudah 15 tahun aku bersamanya.

"Aku benci dia! Benci! Hiks.. Hiks... Hue!"

Sial! Dia menangis lagi. Aku paling lemah terhadap tangisannya.
Kyu jelek! Oon! Tolol! Begok! Mesum! Idiot! Pabbo!"

Dia membawaku dalam pelukannya. Tetesan air matanya yang hangat jatuh diatas kepalaku. Merembes. Selalu nama itu yang membuatnya menangis. Selalu. Aku benci nama itu. Nama yang selalu membuatnya menangis.

Aku tidak tahu apa yang dilakukan si bodoh itu terhadap Wookie-ku. Sial!


Wookie menjauhkanku dari pelukannya. Ada jarak 30 cm diantara kami. Dia memiringkan kepalanya. Rambut pendeknya jatuh sesuai dengan arah gravitasi.

Kenapa dia begitu manis dengan wajahnya yang sembab itu.

"Andai kau bisa bicara Yesung, apa yang akan kau katakan untukku?"

Saranghae

OoooooooooooooooooO

Wookie memasukkan kembali diriku ke dalam tasnya. Ada anak kecil yang begitu penasaran terhadap diriku tadi. Meminta Wookie untuk memperlihatkan bentukku utuh. Wookie tidak keberatan. Toh, waktunya masih panjang, dia tidak kan terlambat walaupun nantinya dia berjalan dengan satu kaki. Dia terlalu cepat berangkat ke sekolah hari ini.

Memang sudah menjadi kebiasaan Wookie membawaku ke sekolah. Dan sudah menjadi kebiasaan pula teman-teman di sekolah menyindirnya sebagai seorang anak SD yang tidak pernah beranjak dewasa. Apalagi dia seorang namja.

Walau kuakui wajahnya cukup imut untuk ukuran namja pada umunya. Tapi, apakah salah membawa benda kesayangan ke sekolah? Aku benda kesayangannya. Aku yakin itu. Rasanya sama saja dengan mereka yang membawa boy stuff yang begitu lengkap itu. Yang berbeda hanya apa yang dibawanya.

"Pagi Wookie!". Seseorang menepuk pundak Wookie.

"Henry? Tumben datang cepat?"

"Kussou no futarikko (Sebutan buat orang kembar, disini EunHae kembar XD) menjemputku tadi pagi. Sial! seharusnya aku bisa tidur lebih lama. Huft" Henry membanting tasnya ke meja menjadikannya sandaran kepalanya kemudian.

Wookie tertawa cekikikan mengingat dia pernah bersama Donghae dan Enhyuk menjemput Henry dan Wookie paham betul apa yang dilakukan si kembar agar Wookie bisa bergerak cepat. Bergerak di luar interval waktunya yang seringkali membuat orang menunggunya.

"Dasar kembar sialan! Setan!"

"Siapa suruh tidur kelamaan?" Wookie mengikuti Henry meletakkan tasnya digantungan yang ada di pinggir mejanya. Sebelumya dia mengeluarkan kepalaku sedikit sehingga aku bisa mengintip percakapan mereka. Aku menyukai ini. Percakapan diantara keduanya di setiap pagi. Rasanya mungkin seperti sarapan yang mengisi energiku. Apa aku terlalu berlebihan?

"Prinsipku.. nagareru wa sono mama ni shite oite.. mizu ooi no kanji.. let it flow like a flood.. kenapa harus cepat-cepat? Biarkan mengalir seperti banjir.. Gak nyusahin juga, kan?"

"Gak nyusahin? Nyusahin orang iya!" Wookie memukul kepala Henry.

"Augh! Ittai! sakit Pabbo!" Henry mengelus kepalanya.

Wookie kembali tertawa cekikikan melihat reaksi Henry. Wajahnya yang merenggut memang seperti anak kecil. Tapi, hanya sesaat, karena kemudian kedua matanya secara tidak sengaja melihat keluar. Melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Kyuhyun. Lagi-lagi pria brengsek itu.

Namja brengsek yang walaupun sudah berumur 17 tahun –umur yang sama dengan Wookie- masih mengerjai murid-murid yang lewat didepannya dengan cara membentangkan seutas tali dijalan yang akan dilalui murid lainnya.

 Wajahnya yang seperti tanpa dosa itu kemudian tertawa terpingkal-pingkal ketika dia berhasil membuat seorang namja imut merona kemerahan dan tiba-tiba terjatuh didepan banyak siswa. Dan dengan santainya Ia mendekati namja itu. sekilas tapi pasti, ia berhasil menyentuhkan bibirnya pada kening namja yang masih meringis kesakitan tersebut.

"Jahat!" Wookie meremas-remas ujung seragamnya. Dia kembali mengulang kebiasaannya. Menggigit bibir bawahnya. Aku benci dia melalukan itu. Kedua bola matanya sudah berbeda dari sebelumnya. Berair dan sial sesaat lagi aku akan melihat hal yang paling kubenci sedunia.

Kimi wa kare ni aishita nakereba naranai ka? Aku benci melihat tangisanmu.


OooooooooooooooooO

Sudah jam 6 Sore. Malam akan segera datang. Wookie telat pulang hari ini. Tugasnya sebagai sekretaris OSIS membuatnya selalu pulang telat setiap hari kamis. Henry sudah pulang dari tadi. Katanya sih mau minum teh bersama teman-teman dari klub memanahnya. Dan memang selalu demikian.

"Wookie?" Seorang namja yang sebelumnya jongkok di belakang pagar sekolah berdiri dan seperti menyambut kedatangan Wookie. Aku dapat merasakan tangan wookie yang bergetar memegang tali tasnya. Dia lagi.

"Kyu? Kau mengenaliku?"

"Tentu saja, siapa yang tidak mengenali salah satu namja imut disekolah kita?"

Wajah Wookie bersemu merah. Aku benci melihatnya dia begitu imut dihadapan namja yang selalu membuatnya menangis. Wookie makin mempererat pegangan tasnya. Wajahnya menunduk. Berharap rambutnya yang jatuh dapat menyembunyikan rona merah dikedua pipinya.

Pria brengsek itu hanya tersenyum. Berjalan mendekati Wookie. Tangan kanannya meraih pipi kiri Wookie. Memaksa Wookie melihat kearahnya. Wookie masih melihat kekanannya. Tangannya kini meremas tanganku yang berada di dalam tasnya. Keringat dingin mengalir, merembes ketubuhku. Keringat dingin darinya.

"Kau sangat manis, Wookie-ah".

OooooooooooooO

"Yesung! Kau dengar tadi! Kyu bilang aku manis! Manis!" Wookie meletakkanku di atas tempat tidur sedangkan dirinya berkeliling kamar. Tersenyum tertawa seperti anak kecil. Aku suka melihat senyumannya itu. Tapi sial. Senyuman itu bukan untukku. Selamanya takkan pernah untukku.

" Ya, Tuhan.. Aku memang manis, sih.. Aku tahu itu" Wookie bergaya di depan cermin. Memperhatikan bayangan dirinya sendiri di dalam cermin. Dia memang sangat manis untukku. Teramat manis.

"Tapi, Sekarang Kyu mengakui diriku manis? Ya, Tuhan! Yesung, tanggal berapa sekarang? 16 Februari.. Okey.. sudah kuputuskan.. Aku akan merayakan hari ini setiap tahunnya" Wookie meraih kalender bergambar idolanya dan melingkari angka 21 dengan bentuk hati yang begitu banyak.

"Aku senang sekali Yesung! Senang sekali!" Wookie meraih tubuhku dan memelukku.

Apakah aku harus senang untukmu,Wookie?

OooooooooooooooooooO

"Yesung! Yesung!". Wookie berlari mengejarku. Sebenarnya tidak perlu berlari. Karena aku akan selalu disini. Di sisi tempat tidurnya. Menunggunya pulang. Karena memang hanya itu yang bisa kulakukan.
"Kyu mengajakku kencan! Kencan! Ya, Tuhan, sebuah kencan!"
Kencan?

"Yesung, baju apa yang harus kupakai? Aku bingung! Tidak ada baju yang pantas! Kusso! Sepertinya aku harus beli baju baru, tapi, kencannya dua hari lagi. Aku harus ajak Henry. Ya, Henry. Tapi selera Henry jelek! Aku tidak suka pilihan bajunya. Lalu siapa? Hue! Yesung, bantu aku! Apa yang harus aku lakukan?" Wookie mengguncang-guncang tubuhku. Dia kembali menggigit bibir bawahnya.

Wookie, bolehkah aku menangis?

OooooooooooooooooO

"Pagi, Wookie!" Si brengsek itu ternyata menunggu Wookie di depan pagar rumah. Gaya berdirinya yang bersandar dipagar dengan tangan kiri dimasukkan ke dalam saku celananya dan tangan kiri sibuk memegangi lolipop besar yang diemut dengan bibirnya sedangkan kaki kirinya ditekukkan berhasil mengubah wajah Wookie bersemu merah kembali. Apanya yang keren dari dia. Andai aku bisa bergerak. Aku akan lebih terlihat lebih keren darinya. Lihat saja.

"Pagi, Kyu"

"Yuk.. Aku datang menjemputmu" Kyu mengelurkan tangannya menanti tangan Wookie yang menyambutnya. Sesaat Wookie terdiam. Wajahnya yang memerah kemudian menyambut uluran itu.

"Gomawo, kyu.." Wookie kembali meremas tanganku yang berada di balik tasnya.

Aku benar-benar ingin menangis.


OooooooooooooooO

Wajah Wookie yang sedang tertidur benar-benar damai. Aku menyukai saat ini. Detik ini. Saat-saat dimana dia memelukku dan membawaku dalam tidurnya. Kadang kala dia suka mengecap seperti anak kecil dan aku menyukainya. Rambut liarnya yang menutupi dahinya, aliran nafas dari hidungnya, semua yang ada didirinya aku betul-betul menyukainya. Kenapa aku harus terkurung dalam tubuh boneka seperti ini. Takdir. Apakah ini yang namanya takdir? Aku ingin menjadi manusia saat ini. Menyentuh rambutnya, membalas pelukannya, mengecup bibir merahnya. Aku ingin melakukan semua itu bersamanya. Bukan dengan wujud seperti ini. Apa aku terlampau egois?

"Kyu"

 Kyu?

"Gomawo" Wookie tersenyum dalam tidurnya.

Dalam mimpipun dia meyebut nama terkutuk itu. Sebegitu pentingkah makna Kyu dalam dirinya?
Satu hal yang baru kusadari malam ini. Seberapapun aku ingin menangis. Aku takkan bisa menangis. Sial.

OoooooooooooooooooO

"Pagi Yesung!" Henry mengacak-ngacak bulu-bulu di kepalaku. Membuatnya makin berantakan.

"Henry!" Wookie dengan cepat memukul tangan Henry yang segera menghentikan tingkah Henry.

"Iya, tau! Sayang amat sih sama Yesung! Cemburu, nih!"

"Dasar kau! Tentu saja aku menyayangi Yesung, Dia yang tahu diriku apa adanya, betul kan Yesung?" Wookie mencubit hidungku gemas. Andai aku sama seperti mereka. Mungkin wajahku sekarang sudah seperti kepiting rebus.

"Halah, Boneka juga, Iya, kan Yesung?" Henry kembali mengacak bulu kepalaku dan kali ini Wookie membiarkannya. Sambil tertawa.

Tiba-tiba saja tawa Wookie terhenti ketika tanpa sengaja –sekali lagi- melihat kelapangan. Ada Kyu disana yang sedang memeluk namja lain. Di tengah lapangan. Terdengar riuh sorak sorai teman-teman Kyu. Tapi sepertinya Kyu tidak peduli dan makin mempererat pelukannya. Wajahnya seperti tersenyum penuh kemenangan.

"Kyu?"

Pria itu benar-benar brengsek! Teramat brengsek!

Wookie kembali menggigit bibir bawahnya yang tanpa dia sadari ternyata cukup kuat untuk merobek kulit bibir bawahnya. Berdarah. Kebiasaan yang terlalu memaksakan dirinya.

"Wookie?"

"Aku pulang, aku kurang enak badan" Wookie memasukkanku ke dalam tas dan segera beranjak pergi tanpa memperdulikan panggilan Henry yang berteriak memanggilnya dan mengingatkannya akan rapat OSIS jam pelajaran kedua nanti.

Wookie kembali menangis.

Seharusnya aku yang menangis Wookie, bukan kau.


OoooooooooooooooooO

"Kyu, jahat.. Kyu jahat!" Wookie membanting semua buku yang ada di mejanya. Menelngkupkan kepalanya di atas meja. Belum pernah aku melihatnya sesedih ini. Brengsek itu benar-benar kacau! Aku akan menghabisinya. Andai aku bisa. Seharusnya dia yang menjadi boneka. Bukan aku! Dia tak pantas jadi manusia yang selalu membuat Wookie-ku menangis. Manusia sialan!

"Yesung, kau masih bersamaku kan?" Bisik Wookie lemah diantara isak tangisnya.

Selamanya.
Tit 

Nada email berbunyi dari ponsel Wookie yang bersembunyi di balik tasnya yang ada di atas meja. Tak urung juga Wookie meraihnya dan membuka flip ponsel bewarna hitamnya.

"Kyu?"

Pria brengsek itu! Apa maunya?

"Apakah aku harus menemuinya, Yesung?"

Jangan bertanya kepadaku yang kau sendiri tahu jawabannya.

OoooooooooooooooO

Ukuranku mungkin memang kecil. Hanya memliki tinggi 15 cm yang membuatku mudah diselipkan dimana saja dan sekarang Wookie membawaku keluar dan menyelipkaanku dibalik kantung cardigan merah marunnya.

"Yesung, kau harus menolongku" Bisik Wookie kepadaku. Tangannya yang gemetaran menggenggam erat tanganku. Malam makin pekat dan Kyu masih saja diam. Mengayunkan dirinya sendiri di ayunan taman dan Wookie pun mengikutinya.

"Kenapa kau tadi bolos? Aku menunggumu. Bukankah kau berjanji akan pulang bersamaku? Aku meninggalkan kegiatan klub demi dirimu"

"Maaf, aku tidak enak badan"

"Kau sakit?" Kyu kemudian mendekati Wookie. Jongkok dihadapan Wookie dengan kedua lututnya menjadi tumpuannya.

"Hanya tidak enak badan"

Kyu kemudian mendekatkan kepalanya ke kepala Wookie. Menempelkan dahinya ke dahi Wookie. Aku dapat merasakan suhu Wookie yang kembali meningkat ketika dia makin memperat genggaman tangannya.

"Siapa namja itu?" Ujar Wookie tiba-tiba sambil melepaskan dahi Kyu.

"Namja?"

"Namja yang kau peluk tadi pagi"

"Kau meihatnya?" Kyu pun tertawa yang segera membuat Wookie keheranan.

"Siapa dia?"

"Siapa dia? Kau cemburu, ya? Hahahhaha! Kau terlihat imut ketika cemburu.

Tapi kau memang pantas cemburu, sih. Aku laki-laki yang begitu kau sukai, benar, kan? Tapi.. begini.. Dia sepertinya menyukaiku. Dan aku tidak bisa menolaknya. Mungkin kau harus tahu, bagiku yang masih mempunya perasaan ini atau mungkin semua orang pasti berpikiran sama denganku tidak akan pernah menolak seorang cantik yang menyukainya. Sama sepertiku. Kita masih muda, wajar untuk menyukai dua sekaligus.

Ya, kau bisa bilang aku ini manusia yang tidak setia, tapi memang begitulah aku. Apakah kau masih menerimanya? Kalau bisa kita lanjut, kalau tidak.. maaf aku tidak suka dengan tangisan"

Brengsek!

Tangan Wookie bergetar hebat. Dia kembali menggigit bibir bawahnya.

"Aku menyukaimu, Kyu" Wookie berusaha memandang kedua bola Kyu yang masih jongkok di hadapnnya.

"Aku tahu itu" Kyu pun tersenyum.

"Kau bisa beri alasan kenapa kau memperlakukanku seperti ini?" Wookie seperti berusaha mati-matian menahan airmatanya agar tidak runtuh dihadapn namja brengsek ini.

Sesaat Kyu tersentak mendengar pertanyaan Wookie namun dia kembali memamerkan senyumannya.

"Tidak ada alasan yang pasti, harusnya kau tahu itu" Kyu kembali menempelkan dahinya di dahi Wookie, mengelus rambut Wookie yang basah akan keringat.

"Kau memang brengsek!"

"I am" Kyu pun berdiri dan mengelus kepala Wookie pelan.

"Kau harus pulang, sudah malam" Kyu pun berdiri dan berjalan meninggalkan Wookie namun sesaat kemudian dia berbalik dan mengeluarkan sebungkus kado kecil dan melemparkannya kerah Wookie yang segera disambut Wookie dengan sigap.

"Besok ulang tahunmu. Selamat ulang tahun" Kali ini Kyu benar-benar pergi tanpa berbalik lagi meninggalkan Wookie yang masih terdiam. Tanpa tangisan.

Kali ini aku ingin melihatmu menagis Wookie.

OooooooooooooO

"Yesung, kau menyayangiku, kan? Kau tidak akan meninggalkanku kan? Kau akan selalu disini, kan? Temani aku, ya?"

Wookie sama sekali tidak menangis malam ini. Tangannya melingkar ditubuhku. Andai aku lebih besar dari ini. Akan kupeluk dia berbagi kehangatan bersamanya.

"Kyu, brengsek, ya? Kenapa aku bisa menyukainya Yesung? Dia jahat! Aku seharusnya sadar dari dulu. Dia jahat! Seharusnya aku sadar dari dulu aku sudah memilikimu, aku tidak butuh yang lainnya. Hanya kau yesung, hanya kau yang kubutuhkan."

Wookie makin mempererat pelukannya.

Menangislah Wookie.

"Aku takkan menangis malam ini. Sudah cukup aku menangis kemarin, sudah cukup aku menyusahkanmu"

Aku takkan membuatmu menangis. Kau harus ingat itu.

"Yesung, andai kau mendengarkanku apa yang kau rasakan? Apakah aku terlihat begitu bodoh?"

Kau terlihat begitu manis.

"Andai kau bisa berbicara apa yang akan kau katakan Yesung?"

Sama seperti dulu. Saranghae.

"Aku sedang apa? Berbicara dengan boneka? Aku pasti kelihatan bodoh! Benar, kan? Aku kelihatan bodoh?" Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata kiri Wookie yang kemudian mengalir ke mata kanannya. Dia menagis. Akhirnya menangis.

Ya, Tuhan gerakkan tanganku agar aku bisa menghapus kesedihan itu dimatanya. Menggengam erat pundaknya dan mengatakan bahwa dia masih memilikiku. Apakah doaku terlampau sulit untuk kau kabulkan?

Teng.. Teng.. Teng...

Jam 12 malam
"Ulang tahunku" Ujar Wookie lemah.

Ya, ulang tahunmu. Ya, Tuhan bantu aku memeluknya.
"Bantu aku melupakannya Yesung, dia mungkin memang bukan untukku. Sama sekali tidak pantas untukku. Semoga tahun ini aku bisa menemukan orang yang lebih baik dari dia. Semoga. Amin" Wookie kemudian memejamkan kedua matanya. Tidur. Tidur yang kuharap dapat membawa ketenangan dalam mimpinya yang indah.

Selamat ulang tahun Wookie-ku

OooooooooooooO

"Ngh... Dingin" Wookie menggeliat dalam pelukanku.

"Ohayou , Wookie" Aku mengecup dahi Wookie sama yang biasa ia lakukan setiap pagi terhadapku.
Impuls kedua bola mata Wookie terbuka dengan lebarnya dan mendapatiku yang masih mendekapnya.

"Argh! Siapa kau! Orang mesum!" Wookie melepaskan pelukanku dan merangkak kesudut tempat tidur. Memandangku takut bercampur heran.

"Siapa aku? Aku Yesung mu". Hey! Aku bisa berbicara. Itu suaraku.

"Kau bukan Yesung! Kau hanya pria mesum! Mana Yesung ku? Mana?"

"Pria mesum?" Baru kusadari sekarang aku melihat Wookie terlihat lebih kecil dibandingkan denganku.

Impuls aku beranjak dari tempat tidur dan berkaca di cermin Wookie yang lumayan besar. Ada seorang bayangan namja terpantul disana. Namja tanpa pakaian. Apakah itu aku?

"Siapa kau?" Ujar Wookie lagi takut-takut.

Hahahha. Aku menjadi seorang pria. Entahlah. Aku sungguh tidak peduli dengan semua ini, tapi sepertinya kali ini doaku terkabulkan. Terimakasih Tuihan..

Owari

Huahahahaha~ Gimana Chingudeul? Bagus? Pasti jelek kan? ToT *pundung dipada dongho*lol
Gomen ya kalo jelek, Kalo charanya ga sesuai. Apalagi Kyu~ Mianhae_
Mian kalo kyu kelewat jahat disini, wekekekeke~ tapi saya suka loh charanya! :p
*digundulin Kyu*

Sebenarnya ini FF buat Ultah saya, Cuma karena males ngepost,saya tukar deh, jadi ultahnya Wookie. Padahal ultahnya juga kapan~ -_-;)a ga apalah ya, anggap aja Wookie ultah *seenak udel*XDv
Wkwkwkwk~ Ada EunHae kembar *plak*XD

Ketika Eunhae Menbuat Fanfict

Diposting oleh layla3103 di jakarta 20.11.00 0 komentar
Ketika EunHae Membuat Fanfict
Summary :: Di fict ini author lagi pergi ama aa Yesung dan selirnya, Wookie.. jadi job'a digantiin sama duo konyol alias EunHae *digiling eunhae shipper*
Rating :: Seeemuuaaa Umur!
Genre :: Maunya komedi murni, tapi baca aja hasilnya.. n lagi-lagi komedi garing and ngg jelas..
Warn :: Fict yang lagi- lagi ngga normal, gaje, garing, dan mengerikan. Nggak wajib dibaca, kalo emang ngg suka.. hhehe
HIDUP EUNHAE! plak!

Maaf.. lagi-lagi author ini muncul dngan fict ngga jelas yg cuma menuh-menuhin fandom screenplays..
mian readers... hhehe.. *ketawa tanpa dosa*

Prolog
.
" Hyaaaaa!" Seru seorang yang mulai cerita ini dibuat sebut aja 'author'. Hhehe..

Duo couple Eunhae keluar dari dalam kamar mereka untuk menghampiri adik(?) mereka yang lagi- lagi lupa minum obat dan mulai kumat ayannya. Mereka berlari masuk ke kamar author.

" Weleh ngapa, thor? Mau mati?" Tanya Eunhyuk sembarangan.

Si author menatap duo konyol itu bahagia. " Yeaah, oppa! Yesung oppa dan Wookie oppa ngajak liburan ke Bali! Aku pergi sekarang juga! Aku bahagiiiiaa!" Si author gila langsung memeluk kedua namja yang masih bengong- bengong nggak jelas di depannya. Ternyata Super Junior lagi dapet liburan satu bulan penuh. Makanya nggak ada yang tinggal di dorm.

" Tunggu! Kalo kamu pergi, siapa yang mau lanjutin cerita ini?" Kali ini Donghae menatap si orang gila bingung. Jujur aja, perasaan nggak enak mulai merasuk kedalam lubuk hati terdalamnya. Dia mulai baca- baca. (dikata ngeliat setan kali..)

Eunhyuk yang mulai merasa nggak enak ikut menatap author bingung. " Gimana sama kerjaanmu?"
Dan dengan tatapan masih sangat bahagia dan tanpa dosa. Ia menarik laptopnya dan memberikannya pada Donghae yang kebetulan sedang berada paling dekat denangannya.
Donghae mengambil laptop itu. Perasaan nggak enak semakin dirasakannya.

" Hyungdeul yang amat sangat baik kayak bapa presiden.. Selama aku pergi, kalian yang harus melanjutkan fict ini!" Author seunek udel itu langsung menarik tas kecil, dompet, ponsel dan nggak lupa kameranya dan langsung ngacir keluar kamar.
Dua namja babo itu masih cengo.

" Ah, iya!" Author nongol lagi. " Pokoknya kalian harus buat fict yang bagus, ya.. Karena kalau ngga dan gajiku menurun. Akan kubuat kisah tragis dan hyungdeul akan pisah nantinya.." Ancaman yan sangat manis. Si author tahu betul kalau EunHae pasti akan terpengaruh. Kenapa? Karena mereka babo. (mian oppa- oppa dan para uke-nya)
Author benar- benar pergi.
Eunhyuk mengambil laptop yang masih dipegang Donghae. " Hae.. Lalu kita harus gimana?"
Donghae menggeleng masih nggak mengerti. " Buat.. Fanfict?" Ucapnya perlahan dengan nada ngeri.

0o0o0o0o0o0o0o0o0
Story Start!
Donghae baru saja mengetik dua kata itu. Namun detik berikutnya dihapus lagi. Ia nggak tahu harus menulis apa, dia nggak punya ide apapun untuk dibuat cerita.

Apalagi ini fanfict! Siapa yang mau dijadikan tumbal? KyuMin, bisa digiles Kyuhyun nanti. YeWook, Yesung bakalan marah- marah nggak jelas seumur hidupnya. KangTeuk, hiee malas banget berurusan sama Kangin. SiBum, apa salah dua couple paling alim sejagat raya itu? ShinRi (Shindong-Nari), bikin cerita apaan tentang mereka?

Eunhyuk masuk ke kamar Donghae sambil membawakan seplastik kue cucur. " Gimana, Hae? Udah nemu ide cerita?" Tanyanya sambil duduk dikursi disamping Donghae dan meletakkan plastik cucur disamping namja itu.

Donghae menggeleng lemas.
" Mumet and the ruwet." Donghae mendekap kepalanya dengan kedua tangannya dalam- dalam sambil menutup laptop dihadapannya. " Aku nggak pernah ngetik cerita. Mana bisa. Kau aja yang mikir, Hyukkie.." Keluhnya frustasi.

Hyukkie menggerakkan jari telunjuknya dengan tampang sok. " Wuee.. Kalau aku yang bikin, ceritaku pasti akan jadi best seller, Hae.. Itu berbahaya.." Gumamnya santai sambil memakan kue yang tadi dibawanya. " Ih, enak juga nih kue. Mau coba?" Tawarnya.

Tanpa menjawab, Donghae merebut kue Eunhyuk dan memakannya sampai habis. Lalu mengambil satu kue lagi. Lagi. Dan lagi. Sampai ia merasa kenyang karena kue itu habis. Eunhyuk bete juga ngeliat Donghae yang ternyata doyan makan cucur. Tau gitu tadi diumpetin aja kuenya. Cih!

Karena merasa diatatap nanar, Donghae menoleh kearah Eunhyuk. " Waeyo?"

Eunhyuk menggeleng sambil menarik laptop naas yang dibiarkan menyala tanpa digunakan (save energy kenapa) sejak tadi sore setelah kepergian si author gila sampai malam. Eunhyuk menatap layar microsof yang masih bersih nge-cling tanpa noda. " Bikin cerita apa, ya? Yang keren, nggak tertandingi, dan nggak norak." Gumam namja itu sambil mengklik tanda close di layar mocrosoft.

" Katanya kalau kamu yang bikin cerita bisa jadi best seller.." Cibir Donghae sambil beranjak ketempat tidurnya dan membaringkan tubuhnya. " Author sialan. Kita dikerjain." Umpatnya kesal.

" Hae, gitu- gitu ade kita tuh." Bela Eunhyuk. Namun dalam hati ia mengutuk author seratus kali lebih kejam dari kata- kata Donghae. Ah, sepintas sebuah ide melintas diotaknya. ' gue harus nyari referensi, nih!' Pikirnya cepat.

Tangan kurusnya langsung mengarahkan mouse ke Mozilla dan membukanya. Tatapan matanya tertuju pada kumpulan tabs yang di save di menu mozilla. Dan matanya yang sipit itu menangkap tulisan (asal). Tanpa ragu Eunhyuk mengklik tab itu.

Loading lama….

Eunhyuk menggetuk- getuk mouse tak bersalah itu bete. " Lama banget, sih.." Umpatnya.
Masih loading..

Kali ini ia menatap Donghae yang udah memejamkan matanya. Dipukulnya tangan Donghae. " Hae, kita udah bayar paket speedy belum, sih? Kok lama banget?"

Donghae yang kaget langsung menatap Eunhyuk bete. " Lha, mana gua tau!" Serunya.

Eunhyuk menatap layar laptop lagi. Ah, akhirnya tuh loading yang jalannya kayak ddangkoma udah selesai. Sederetan tulisan muncul di layar. Eunhyuk sejujurnya nggak terlalu mengerti dunia fanfict. Dia nggak ngerti yang namanya rating, genre dan sejenisnya. Kebetulan author save tab link fanfict yaoi bergenre romance (rahasia lu terbongkar author). Dan dengan polosnya namja manis itu mengklik fanfict yang berada paling atas.

Fanfict itu judulnya "I'm Yours Tonigh" dengan pairing kebetulan KyuMin. Eunhyuk yang nggak bisa bahasa Inggris mana mengerti artinya. Ia langsung membaca fanfict itu padahal tertulis dengan jelas di summary kalau fict itu NC-21, Yaoi, Romance and Hurt. (readers bisa bayangin sendiri ceritanya)

Awal membaca, Eunhyuk masih amat sangat santai. Nggak ada bagian yang membuatnya tertarik sama sekali. Kadang- kadang dia nyengir karena membayangkan Kyuhyun dan Sungmin yang sedang memainkan drama itu.

Namun beberapa saat kemudian. Namja itu mulai resah. Alur cerita semakin dewasa dan memaksanya berpikiran 'yadong'. Dengan gemetar dibangunkannya Donghae yang lagi asyik tidur sambil mimpi makan cucur sepiring penuh.

" Ha-hae.. Ce-cepet lihat ini.." Ia menepuk- nepuk tangan Donghae namun matanya masih menatap tajam layar laptop. Ia nggak berminat mengalihkan pandangannya sama sekali.

Donghae membuka matanya bete dan siap mengomel lagi. Tapi melihat reaksi Eunhyuk, dia langsung bingung dan memilih bangun. " Kau kenapa Hyukkie? Kok mukamu panik, pucat nggak karuan gitu?" Tanyanya.
Eunhyuk diam. Ia hanya menunjuk ke layar laptop dengan serius.

' ada apaan nih? jangan- jangan hyukkie nemuin skandal baru teukie hyung sama kangin hyung lagi? ato mungkin berita sibum putus? ato jangan- jangan berita kalo ddangkoma ngelahirin?' Donghae udah mikir yang enggak- enggak dan perasaannya mulai was- was.

" Baca ini." Ucap Eunhyuk pelan.

Donghae menurut dan membaca sederetan tulisan yang sedang dibaca Hyukkie. Nggak butuh waktu lama untuk mencerna semua kalimat 'menakutkan' yang ditulis disana. " Hyaa! Hyukkie! Apa yang kau baca!" Donghae langsung menutup laptop itu dan menjauhkannya dari Eunhyuk.

Eunhyuk menatap Donghae yang wajahnya mulai merah padam nggak kalah sama mukanya yang udah kacau. " Itu fanfict tentang KyuMin. Yah ampun.. Aku ngebayangin Kyuhyun dan Sungmin hyung bener- bener ngelakuin itu secara diam- diam." Ucapnya pelan- pelan dengan sedikit penekanan pada kata 'itu' yang tadi diucapkannya.

Donghae menatap Eunhyuk penuh arti. " Terus lanjutannya?" Ternyata dia penasaran juga toh.
Dengan cepat Eunhyuk merebut laptop itu lagi dan membukanya. " Aku belum baca sampai selesai. Kita baca aja lanjutannya. Aku lagi nyari referensi buat fanfict yang akan kita tulis soalnya." Jawabnya cepat. Sebenarnya bilang nyari referensi itu cuma ALASAN hyukjae sekarang.

Si Le-Lee Donghae mengangguk setuju dan duduk dikursi disamping tempat Eunhyuk. Keduanya mulai membaca fict itu lagi.

Dua- duanya diam nggak berkomentar. Wajah mereka terasa panas dan merah padam. Nafas keduanya mulai nggak teratur. Bahkan Hyukjae nggak bisa diam. Tangannya bergerak cepat menggetok- getok meja dengan jarinya.

Bagian akhir, kedua namja itu menangis. Kenapa? Ternyata fict itu berakhir tragis. Setelah adegan NC ini-itu ternyata karakter Sungmin harus digambarkan tewas karena memilih cintanya pada Kyuhyun dibanding nyawanya sendiri.

" Huwaaa.. Aku nggak mau Sungmin hyung mati beneran!" Seru Donghae sambil buru- buru menutup laptop itu dan menangis nggak jelas.

Eunhyuk manggut- manggut. " Fanfict apaan tuh, aku yakin peminatnya dikit. Masa Sungmin hyung-nya mati. Padahal awalnya udah keren banget. Apa seperti itu fanfict yang dibuat author gila itu?"
(bukan, oppa! *author muncul tapi langsung ditendang* ini bukan bagian lu!)

" Nyuk, cari referensi yang bener dong!" Kali ini Donghae mengambil alih laptop dan meng-klik fict di urutan nomor 5. Sengaja asal- asalan karena takut fict nomor 2 isinya sama gilanya dengan yang tadi.
Kali ini judulnya. "My Adorable Cuppycake". Dan lagi- lagi EunHae nggak tahu arti kalimat itu. Pairing HanChul, rating NC-17. No Yaoi. Angst. Dengan segenap ketenangan yang mereka kumpulkan dimulailah membaca fict itu lagi.

Respon mereka nggak jauh dari baca fanfict pertama. Tapi sekarang lebih profesional karena ceritanya nggak se'seram' cerita KyuMin yang pertama. Lebih ringan dan ada humornya. Yah, meski muka mereka langsung merah lagi waktu baca pas adegan NC-nya. Ckckck..

Disaat adegan yang mereka baca semakin kacau..
Plop! Donghae menutup laptop dengan wajah merah kayak ikan mas direbus.
Karena nggak terima Donghae menutup laptop itu Eunhyuk langsung cemberut dan berusaha mengambil alih lagi. Kali ini Donghae nggak mau ikutan baca. Ia langsung memeluk laptop itu erat sambil duduk di tempat tidur.

" Hae! Aku mau baca lagi!" Seru Eunhyuk sambil mencoba mengambil laptop itu. Cih, dasar yadong kumat.
Donghae otomatis mengeratkan pelukannya sambil geleng- geleng nggak setuju.

" Nggak boleh.. Nggak boleh.. Aku akan hapus tab link-nya. Pokoknya cerita kayak gini nggak boleh dibuat lebih banyak! Apalagi kalau author sampe bener- bener nulis cerita kayak begini. Bakalan aku cincang dia!"

" Lha, kenapa lu yang sewot?" Eunhyuk masih berusaha ngambil laptop malang itu. Tapi tetep aja nggak bisa.
Donghae langsung tiduran memeluk laptop itu dan menghadap tembok. Ditariknya selimut tebal untuk menutupi tubuhnya dan si laptop. " Pokoknya nggak boleh dibaca lagi!"

Eunyuk merengut kesal. Tapi kini kekesalannya bukan gara- gara nggak boleh baca. Ia menatap Donghae. " Hae! Kau selingkuh sama laptop! Dasar ikan Le-lee!" Seruannya membahana dimuka bumi.

0o0o0o0o0o0o0
Besoknya EunHae iseng-iseng main ke tempat KyuMin. Yah, sambil bawa- bawa laptop juga pastinya.
Sungmin mangangguk begitu Enhyuk selesai menceritakan tentang tugas yang diberikan author sinting itu kali ini. Namja aegyeo itu langsung menyandarkan kepalanya di bahu Kyuhyun yang lagi anteng main PSP (itu lagi.. itu lagi..)

" Lalu apa kalian sudah punya ide?" Tanya Sungmin.

Donghae menggeleng. Ia nggak berniat menatap wajah Sungmin atau Kyuhyun, karena bayangan fict yang kemarin mereka baca pasti langsung teringat. Sungmin dan Kyuhyun… Donghae langsung geleng- geleng cepat menepis pikiran nista itu.

Melihat kelakuan aneh Donghae otomatis Sungmin bingung. " Waeyo, Hae?"

" Ani." Jawab Donghae pelan. Donghae menyenggol- nyenggol lengan Hyukjae pelan.

Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Donghae, Eunhyuk berdiri. " Kita mau pulang aja deh.. Kali aja kalau dirumah bisa dapet referensi yang bagus. Coz si author, Yesung hyung sama Wookie akan pulang besok. Kalo belum dapet cerita bisa mati kita." Jelasnya.

Donghae ikutan berdiri. " Maaf hyung kami nggak lama." Gumamnya. " Annyeong.." Dengan langkah cepat Donghae langsung ngacir meninggalkan Kyuhyun dan Sungmin.
Eunhyuk langsung menyusulnya.

" Mereka kenapa sih? Kok menatap kita dengan pandangan yang aneh, Kyu?" Gumam Sungmin bingung.
Kyuhyun nggak menoleh manatap hyung cute-nya itu. Ia hanya angkat bahu. Kyuhyun bener- bener nggak perduli. Starcraft lebih penting dari EunHae. Yah, sayangnya dua namja itu nggak tahu apa yang ada dipikiran EunHae.. Kalau tahu…

Back to Eunhyuk and Donghae..

Dua- duanya duduk nelangsa di taman. Padahal cuaca hari itu terbilang cukup panas. Eunhyuk mengeluarkan laptop dari tasnya dan membukanya. " Kita harus ngetik express.." Gumamnya saat menunggu laptop menyala.

" Tapi mau nulis apa? Masa kita tulis tentang couple EunHae? Aku nggak mau kena tumbal cerita menyeramkan kayak KyuMin kemarin!" Sergah Donghae sambil menatap Eunhyuk serius. Dia nggak bisa membayangkan cerita seramnya dengan Eunyuk yang melakukan ini itu.

Eunhyuk mengangguk setuju. Dia baru tahu kalau dunia fanfict itu amat sangat mengerikan. Jangan- jangan masih banyak fict model begini yang tersebar luas di dunia. Fict 'seram' tentang para member Super Junior. Eunhyuk langsung merinding.

" Lalu, kau mau nulis cerita apa?" Tanya Donghae lagi.

" Nggak tahu. Aku bingung.."
 
" Aku mau cerita yang lain daripada yang lain. Kan yang nulis cerita ini member Super Junior. Ceritanya harus beda."

Kali ini Eunhyuk mengangguk setuju. " Tapi cerita apa? Kau punya ide nggak?"

Donghae menghela nafas sambil menggeleng kesal. " Si author sialan itu seenaknya aja ngasih kerjaan kayak begini. Mana ngancem lagi. Aku nggak mau kalau dia sampai menyebar luaskan cerita EunHae yang tragis. Aku nggak mau!" Cecar Donghae sambil menutup wajahnya. Lebay mode : on.

Dengan santai Eunhyuk hanya menepuk pundak Donghae pelan. " Tenang.. Tenang.. Itu nggak akan terjadi."

" Pede banget lu." Balas Donghae cemberut.

Yah, sebenernya dalem hati Eunhyuk sedikit khawatir juga, sih.. Gimana kalo cerita mereka kacau? Gimana kalau author sampe bikin cerita super tragis tentang mereka? Gimana kalo nanti Donghae stress? Gimana kalo mereka putus? Gi_ (belum sempat kata gimana itu selesai Eunhyuk langsung dibankai gara-gara kebanyakan mikir hal nggak guna)

" Seandainya ada cerita yang bisa aku buat.." Gumam Donghae lagi. Matanya menatap lurus kedepan. Menatap kearah seorang yeojya yang sedang bersama dua orang namja. " Wiih.. Pacaran masa bertiga.." Gumamnya.

Eunhyuk menatap kearah yang dilihat Donghae. " Satu yeojya sama dua namja. Konyol.." Tambahnya.

" Kok sama kayak si author sinting itu, ya? Dia kan sedang berlibur sama Yesung hyung dan Wookie. Kira- kira mereka kemana, ya? Enak banget bisa liburan."

Satu kalimat dari Donghae membuat Eunhyuk terdiam. " Hae.. Barusan kau ngomong apaan?"

" Eh, Enak banget bisa liburan?" Tanya Donghae babo.

Eunhyuk menggeleng. " Ani! Bukan yang itu!"

" Kira- kira mereka kemana?"

" Bukan! Sebelumnya lagi!"

" Si author sinting?"

Kali ini Eunhyuk langsung menggeplak kepala Donghae. " Isi kepalamu apa sih? Lemot banget! Bukan yang itu babo."

Donghae merengut. " Ya udah yang mana dasar monkey aneh!" Balas Donghae kesal.

Eunhyuk menatap Donghae dalam. " Bukannya mereka lagi liburan bertiga?"
Donghae manggut- manggut.

Terukir senyuman iblis di wajah Eunhyuk. (sejak kapan cute hyukkie oppa nurunin senyuman kyuhyun yang kayak iblis penunggu neraka? *diinjek-injek sparkyu*)

" Kalau cerita itu di publish malam ini. Aku yakin nggak akan ada masalah. Ayo buat cerita paling hebat sepanjang masa!" Seru Eunhyuk girang sambil loncat- loncatan. Untungnya tuh laptop udah dipindahin diatas bangku taman.

Donghae masih nggak ngerti dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Hyukkie. Dia cuma cengo ngeliat sang monkey loncat- loncatan dan nyaris berubah jadi monkey beneran.

0o0o0o0o0o0o0o0

Setelah dapet ide brilian, Eunhyuk langsung narik Donghae pulang.

Eunhyuk duduk di depan laptop sambil senyum- senyum nggak jelas. Si Donghae masih cengo karena Eunhyuk belum cerita apa- apa sama dia.

" Sebenarnya apa yang lagi kamu pikirin, sih?" Donghae akhirnya bertanya. " Masih waras, kan?"

Eunhyuk masih senyum- senyum, malah senyumannya makin lebar nggak karuan. " Ceritaku ini akan menjadi best seller. Top story sepanjang masa dan tiada duanya, deh.. Aku berani jamin kesamber gledek."

" Jangan ngomong sembarangan. Kualat dikutuk jadi batu lu." Balas Donghae. Lagi- lagi pembicaraan yang nggak nyambung.

Eunhyuk mendelik menatap Donghae. " Udah, kamu mau tahu nggak ide ceritaku itu apa?" Tanyanya dengan nada sok serius. Sok misterius. Sok keren. Dan sok dari segala sok yang ada.

Donghae mengangguk. " Ceritakan.."

Eunhyuk langsung ngebisikin Donghae sesuatu. Wajah Donghae yang tadinya nggak ngerti perlahan sumringah. Ia tersenyum bahagia lalu menatap Eunyuk. " Briliant! Briliant! Itu ide yang keren! Ini sih namanya pembalasan.."

" Bodo, ah.. Kan kata dia yang penting ceritanya harus bagus. Siapapun tumbal nggak masalah asal ceritanya bagus dan diterima." Jelas Eunhyuk dan mulai mengetik judul yang sejak tadi ada dipikirannya.

YeWook v.s. Author and Ddangko-Brothers

Donghae senyum- senyum begitu judul itu diketik Eunhyuk. " Besok aku akan kabur dari rumah dan pulang ke dorm Super Junior.." Gumamnya menahan tawa.

" Ini baru permulaan, Hae.. Pokoknya ayo ketik apa aja yang ada di otakmu. Se-Mu-A-Nya!" Tegas Hyukkie. Tangannya dengan cepat mengetik berbagai kata. Kalimat. Adegan dan segalanya.
Jam satu dini hari.

Tamat.

Eunhyuk merasa lega karena akhirnya kata itu sudah ditulisnya. " Oke.. Oke.. Sekarang kirim fict ini. Publish.. Publish.." Ia mengklik kotak publish yang terpampang di layar tersebut.
Setelah menunggu loading yang setahun jalannya.

Your story has been published. Thanks for writing.

Kedua namja itu lansung senyam- senyum sendiri. Membayangkan kehebohan apa yang akan terjadi besok.

0o0o0o0o0o0o0o0

Epilog
" Oppadeul! Aku pulang! Aku bawa oleh-oleh ikan mas sama pisang, nih!" Si author pulang dengan senyum bahagia. Dia langsung ngacir ke kamarnya. Duo couple itu lagi tidur dengan tentram di dalam kamarnya dengan laptop masih menyala dari semalam.

 Udah dikata save energy masih aja pada nggak ngerti!

Author langsung melihat di layar. Matanya langsung melotot melihat judul fict yang berada paling atas di layar. Ia nggak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dan betapa kagetnya dia begitu melihat jumlah post komentar fict itu. 214 post komentar? (ini hal yang sedikit mustahil!)

YeWook v.s. Author and Ddangko-Brothers

Tokoh utama : Kim Yesung and Kim Ryeowook

Tokoh kedua : Ddangko-brothers (ddangkoma,ddangkoming and ddangkomehng)

Tokoh pengganggu : Author

Tokoh baik hati : Lee Donghae dan Lee Eunhyuk

Ringkasan : Kalau mau tahu baca sendiri cerita ini. EunHae membuatnya dengan penuh perjuangan karena si author itu sedang pergi berlibur tanpa bilang- bilang. By-Super Junior EunHae.

n.b. : Kasihan banget ya EunHae disiksa si author.. T_T

Author melotot membaca isi pembuka fict itu. Matanya menatap dua namja yang lagi tidur lelap bagai peri di surga. Cih, author aja nggak mau membayangkan kalau mereka itu dua peri yang lagi molor. Di otaknya saat ini.. Hanya ada satu kata..

PEMBALASAN

" Awas kalian! Akan kubalas dengan cerita yang paling tragis yang nggak akan pernah kalian lupakan!" Jerit si author. Dan otomatis membuat duo couple itu bangun dan menatap author kaget.

" Kau sudah pulang? Gimana ceritanya?" Eunhyuk menatap ke layar. " Wow! 214 komentar! Ceritaku terkenal! Jadi best story sepanjang masa! Hore!"

" Kita berhasil Hyukkie!" Seru Donghae nggak kalah girang.

Ditengah kegirangan mereka. Kini seorang yeojya sudah mulai menemukan ide paling tragis untu membalas cerita nggak berperasaan mereka karena membawa namanya dalam cerita itu. Mana jadi tokoh pengganggu lagi

" Akan kubalas.. Pokoknya akan kubalas.." Bisiknya licik.
.
Tamat!

.
Gyaaahh… Sumpah gaje banget! Mana si author ikutan nampang pula! Emang cerita apa sih yang ditulis sama EunHae? Kok bisa bikin author marah besar dan berniat balas dendam.. Readers penasaran? (readers :: nggaaaaakkk tuuuhhhh… :p)

Hhehe..
Oke.. ini cerita pembalasan dari EunHae karena selama ini si author selalu menyebut mereka berdua namja nggak normal, nggak waras de-es-be-ge.. Humor garing and ngg jelas yang sama sekali sulit dimengerti, kan? Nggak aneh kalo gitu..

Sipp… Saya tetap menunggu Review.. Kritik, saran, dan apapun akan saya terima sambil mengelus dada ala Siwon oppa.. Hhehe.. Maksudnya dengan lapang dada gitu..
Cee Yuu… :3
 

♥KOREAN CHINGU (한국 친구)♥ © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor