Lipsum Text Widget

Senin, 27 Februari 2012

FIRST KyuMin (chaptr 1)

Diposting oleh layla3103 di jakarta 15.12.00
Title : FIRST

Author :
layla noer andiena (lol)

Chapter :
1/2 (for 1st story is KyuMin)

Fandom :
Super Junior

Pairing :
KyuMin, YeWook, EunHae

Genre :
Romance/Drama/Angst saya emang spesialis ini genre kyk-a =.=;)a

Rating :
R...Restricted! *plak*

Disclaimer :
I own the story! Sedangkan Super Junior punya emaknya masing-masing,saya cuma salah 1 dari beribu ELF yg ngarep jadi pemilik(?) mereka. ToT

Note :
Yihi~nongol lagi saya XD Lagi-lagi ini Fic Re-written ^^;)v karena suka sama ceritanya, jadi saya ubah aja fandom sama jalan ceritanya. Hehehe :p

Mungkin agak jelek dan membingungkan, tapi semoga semuanya senang XD
Cerita pertama tentang KyuMin, tapi selanjutnya bakal nongol cerita tentang Yewook & Eunhae

Warning :
Berhubung saya termasuk author berotak yadong *ngaku* jadi ini ratingnya rada tinggi :p buat yg ga suka Yaoi, smut, limun, lemon, citrus *apa deh* walau pun ga eksplisit, tapi sebaiknya jangan baca deh, saya ga tanggung kalo terjadi apa-apa pada anda yg membacanya dengan paksa *plak*XD

OoooooooooooooooooooooooO

Maybe I'm nothing for you but let me become something for me. Will you? 

OooooooooooooooooooooooooO

Sungmin's PoV

Pertemuan Pertama
Musim panas pertamaku di sekolah ini. Udara terlampau panas hari ini. Baju seragam tipis yang kukenakan saat ini sepertinya tidak membantuku untuk mengurangi gerah yang kurasakan saat ini. Kipas kecil bewarna Hitam masih kukibas-kibaskan di leher. Apakah Seoul memang sepanas ini?

Anak-anak yang lain mungkin tidak memiliki pemikiran yang sama denganku. Mereka sepertinya tidak peduli dengan udara yang begitu menyiksa ini. Para namja itu masih berlarian di dalam kelas memperebutkan photobook terbaru Jessica SNSD edisi musim panas. Ya, bisa kau bayangkan outfit apa yang dipakai Jessica.

Yah wajar juga sih, ini sekolah khusus pria. Mereka mungkin butuh hiburan karena tak ada yeojya disekolah ini (waduh, kasian amet ckckck). Tapi jangan salah, tak semua murid disekolah khusus pria seperti disini butuh hiburan seperti itu. Karena sebagian dari kami "biasa" melakukan hubungan sejenis. Hal yg lumrah untuk sekolah-sekolah khusus.

"Hey!." Hyukjae merebut kipas hitam yang memang miliknya dari tanganku.

"Kampungan" Umpat Hyukjae yang kemudian duduk di sebelahku. Aku hanya bisa memaklumi temanku yang satu ini. Sarkastik memang selalu menjadi ciri khasnya.

"Biarkan saja mereka. Mungkin dengan demikian mereka bisa merasakan indahnya hidup." Ujarku bijak sambil merebut kembali kipas dari tangan Hyukjae.

"Hidup yang indah tidak membutuhkan sampah seperti mereka"

"Kau berbicara seolah-olah kau berumur 59 tahun"

"Begitukah? Mungkin." Hyukjae hanya tergelak.

"Hey, kudengar ada murid baru yang masuk kelas ini." Hyukjae menopang dagunya dengan tangan yang terlipat di atas meja.

"Kau selalu update dengan masalah seperti itu"

"Jangan salahkan aku yang setiap hari harus mendengar ocehan para guru centil membicarakan murid baru itu yang katanya begitu wah"

Kuakui baru kali ini aku menemui namja yang sangat kompleks seperti Hyukjae. Dia berani mencoba semua yang dia benci termasuk menjadi anggota Taekwondo yang sama sekali bukan dunianya.

"Aku penasaran"

"You are."

"Permisi!" Pintu geser di depan kelas bergerak menyingkap seorang pria dengan kemeja putih dibalik jas musim panasnya Jungsoo-sshi. Dibelakangnya berdiri seorang namja dengan seragam sekolah yang berbeda dengan kami. Seragam sekolah swasta yang sangat elit. Sekolah yang tidak mampu kumasuki. Tapi kuakui auranya terpancar jelas ketika dia berjalan dan berdiri di depan memandangi kami semua. Kacamata yang sedang dipakainya membuat ia terlihat seperti "a smart boy". Wajahnya yang tersenyum membuatku terpesona walaupun hanya sesaat. Siapa dia? Diakah sang murid baru?

"Annyeong Haseyo. Cho Kyuhyun imnida. Mohon kerjasamanya".Ucapnya dengan senyum yang sempurna, tapi entah kenapa sedikit menyeramkan * Author ditoyor kyu*

"Menarik juga" Ujar Hyukkie.

"Memang"

"Hey". Sergah Hyukjae sambil menatapku bingung. Aku hanya membalas dengan tersenyum.

OooooooooooooooO

Percakapan pertama

"Mathematic! Suck!" Hyukjae membanting pelan bukunya. JungSoo-sshi sedang di depan kelas.

Menjelaskan persamaan trigonometri yang sangat kupahami Hyukjae membencinya. Aku tersenyum melihatnya mengacak-ngacak rambut pirangnya.

"Let me sleep for a while, okey?". Hyukjae mengubah posisinya. Melingkarkan tangannya di atas meja.

Buku-buku yang ada di dalam lingkaran tangannya menjadi sandaran kepalanya. Ya, memang begitulah Hyukjae, tidur dimana saja dan dalam hitungan menit sudah bertemu dengan gelapnya mimpi. Aku kemudian melanjutkan memperhatikan si murid baru yang tanpa kusadari begitu mempesona. Bibirku tak berhenti-berhentinya menyunggingkan senyuman melihat tingkah lakunya yang begitu berbeda dengan yang lainnya. Unik.

Entah mengapa tiba-tiba aku mengalihkan perhatianku ke depan. Jungsoo-sshi dengan kaki yang diketukan secara berirama di lantai memandang ke sebelahku. Ya, Tuhan! Hyukjae kau mendapat masalah besar! Cepat bangun! Aku menggoyang-goyangkan tubuh Hyukjae agar dia cepat bangun dari tidurnya. Tapi itu hanya tindakan sia-sia menyadari Hyukjae tidak akan secepat itu bangun.

"Kau!" JungSoo-sshi melemparkan kapur tulis ke arah Hyukjae. Tapi sial, aku yang tidak tahu apa-apa menoleh tepat ketika kapur tulis itu berada didepan mulutku membuat mulutku yang menganga entah maksudnya apa kemasukan kapur tulis sebesar kelingking. Sial!

"Ohk! Ohk!"

"Owh! Kau tidak apa-apa?" Jungsoo-sshi berlari ke arahku. Tetapi dia terlambat, ada seorang lagi yang lebih dulu mendahuluinya. Dia membantuku mengeluarkan kapur yang sudah terlanjur bergulir ke dalam lambungku.

"Tidak apa-apa, ohk! Tidak apa-apa kok!" Aku masih berusaha mengeluarkan kapur tulis terkutuk itu dengan bantuan orang asing di belakangku yang belum sempat kulihat. Jelas sekali rona kekhawatiran dari wajah Jungsoo-sshi.

"Kau harus di bawa ke ruang kesehatan" Ujar seseorang yang ada di belakangku. Ternyata dia yang membantuku. Kyuhyun segera membawaku dalam gendongannya. Ala pengantin baru dia membawaku berlari menuju ruang kesehatan. Dalam keaadan seperti ini aku masih terpesona dengan wajahnya yang dapat kulihat dari jarak 30 cm ini. Dia memang tampan.

"Seperti yang kau lihat. Aku memang tampan" ujarnya tiba-tiba yang segera membuat wajahku merona kemerahan.

"Ohk"

OooooooooooooooooO

Rasa pertama

Berjalan menyusuri pusat pertokoan di kota sebelah yang sama sekali tidak ku kenal. Seharusnya Hyukjae berada di sebelahku saat ini. Mencari bahan-bahan yang akan menjadi tugas liburan musim panas yang akan datang sebentar lagi. Tapi, Hyukjae berhenti di tengah jalan. Terpaku pada deretan televisi baru yang dipajang di etalase toko elektronik. Ya, ada Lee Donghae di sana. Donghae yang kutahu satu-satunya namja yang bisa membuatnya menangis sesegukan di depan etalase toko. Dia tidak peduli semua orang memandang kami aneh. Dan aku juga tidak peduli.

 Untuk apa kami peduli? Aku satu-satunya yang tahu seberapa dalam perasaan Hyukjae ke seorang Aktor bernama Lee Donghae itu. Fanboy? Oh, tidak! Jangan sematkan gelar itu di dadanya. Dia hanya mencintai orang yang salah.

Lee Donghae yang tak lain adalah teman masa kecil Hyukjae. Pacar sekaligus Cinta pertamannya. Yang pergi meninggalkan Hyukjae untuk mengejar karirnya. Yah.. itu keputusan yang berat. Pasti.

Hyukjae masih menangis memandangi Donghae. Diam dalam aliran air mata yang belum berhenti. Ini bukan pertama kalinya dia menjadi rapuh seperti ini. Berkali-kali. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku bukan badut yang bisa membuatnya tersenyum kembali dalam hitungan detik. Lagipula dia tidak butuh badut. Yang bisa kulakukan hanyalah memberinya waktu. Meninggalkannya merutuki keadaannya.

Seorang anak kecil duduk di sebuah bangku yang ada di pinggir jalan. Dia sibuk menjilati permen lolipop yang ukurannya lebih besar dari mulutnya. Aku pun duduk di sebelahnya. Kaki ku sudah cukup letih untuk berjalan.

Tiba-tiba saja lolipop yang ada di tangannya terjatuh. Gadis kecil dengan rambut yang dikuncir dua itu hanya bisa diam. Ooo.. sebentar lagi dia pasti menangis.

"Hue!"

Ting tong! Benar kan? Dia menangis. Sayangnya persediaan permen mint yang ada di tas ku habis di ambil Hyukjae tadi. Suara anak kecil itu memekakan telingaku. Semua orang kini memandangiku. Oh, tolonglah, dia bukan anakku. Bukan adikku.

"Ini untukkmu" Seorang namja dengan kacamata berbingkai hitam memberikan eskrim cone ukuran besar kepada gadis kecil itu yang sontak membuatnya berhenti menangis. Gadis kecil itu kemudian berlari kegirangan meninggalkanku dan.. Ya, Tuhan.. Kyuhyun! Kyu juga memberikanku eskrim cone ukuran kebih besar dari gadis kecil tadi kepadaku. Rasa Strawberry vanila. Dia kemudian duduk di sebelahku.

"Kandungan susu dalam eskrim itu baik untuk menetralisir racun"

"Ouh" Wajahku memerah lagi mengingat kejadian tiga hari yang lalu.

"Mungkin kedengarannya aneh untuk seorang yang baru kau kenal tapi wajahmu yang merona kemerahan itu aku suka. Manis". Ia terseyum. Manis…

"Kyu?" Wajahku entah semerah apa sekarang. Diikuti gerakan detak jantung yang tidak seperti biasanya. Berdetak dengan sangat cepat. Seolah-olah memainkan sebuah lagu rock. Sulit ku kontrol dan mungkin saja dia dapat merasakannya. Sangat jelas. Kenapa aku bisa seperti ini? Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Aku makin menundukan kepalaku. Aku hanya terlalu cepat menyimpulkan.

OoooooooooooooooooooooO

Surat pertama

Sudah enam bulan sepertinya aku memendam cinta kepada teman sekelasku. Aku tahu itu sungguh tidak layak mengingat posisiku yang bukan siapa-siapanya di tengah penggemarnya yang ternyata melebihi dugaanku. Tapi apakah aku salah selalu menantikan wangi mint tubuhnya setiap kali dia melewati bangkuku?

Apakah aku salah selalu histeris menceritakan kepada Hyukjae bagaimana caranya melihatku? Apakah aku salah selalu bedoa setiap malam agar aku bisa bertemu di dalam mimpiku? Apakah aku salah merasa
kegeeran melihatnya yang selalu menanyakan kabarku dan tidak untuk temanku yang lain? Apakah semua yang kulakukan salah?

 Mereka bukan Tuhan yang bisa meletakkan kebenaran dan kesalahan.
Dan kemarin aku baru saja menyerahkan sepucuk surat bersampul pink , surat pernyataan cinta. Tidak dengan cara langsung seperti teman-temanku yang memiliki keberanian melebihiku. Aku hanya sanggup menyelipkannya di lokernya sepulang sekolah. Itupun dengan bantuan Hyukjae. (aih Minnie, hari gini masih pake surat -,-) *Author ditiban minnie*

"Hey, berhentilah melamun!" Hyukjae menyikut pelan tanganku. Sedangkan mulutnya menguap dengan lebarnya. Pikiranku kali ini memang tidak fokus mengingat kejadian kemarin. Kyu menemaniku di ruang kesehatan. Kakiku terkilir akibat terjatuh ketika latihan basket dan sampai sekarang perban yang Kyu lilitkan dengan hati-hatinya di kakiku masih membuatku kehilangan pikiran untuk bertindak normal sampai detik ini..

"Enak saja!" Aku berpura-pura membaca majalah. Aku tahu. Membaca dalam keadan berjalan dengan penuh anak-anak yang lalu lalang ke sana kemari sangat rentan untuk menabrak dan ditabrak. Tapi, hanya itu yang bisa kulakukan untuk menutupi wajahku yang selalu memerah mengingat seseorang bernama Kyuhyun.

"Err.. don't ask me why, but I think he likes you too." Hyukjae menunjuk tepat ke arah Kyu yang ternyata sedang berdiri di bagian dinding yang menyembul sedikit di lorong sekolah. Dia menatapku. Menatapku dengan mata teduhnya. Kakiku kembali lemas. Semoga jarak 10 meter tidak membuatnya sadar betapa groginya aku.

"Berhenti membuatku melayang" Tidak pasti wajahku seperti apa saat ini menanggapi perkataan Hyukjae. Hyukjae hanya tergelak. Ya, silahkan is a silly thing, isn't?

"Yes. I do. Lihatlah caranya menatapmu. Dalam sepuluh detik aku bisa menentukan dia juga mencintaimu. He do it!"

"Hyukjae! Kau!" dengan menahan rasa sakit dikakiku, aku berlari mendahului Hyukjae. Takut dia akan menggodaku lagi. Aku pun berlari mendahului Kyu yang juga yang ditangan kirinya memegang buku dengan judul sama sepertiku. Tanganku yang lepas ditahan olehnya. Dia menyelipkan secarik kertas. Dan kemudian berlalu pergi sebelum kembali memamerkan senyuman indahnya kepadaku.

Aku terdiam. Cepat-cepat aku membuka lipatan kertas yang terselip itu ketika Hyukjae masih belum sampai ke tempatku berdiri.

Terimakasih

Hey! Apa maksudnya?
Aku kembali membacanya. Berharap ada tulisan lain. Dan memang benar ada PS di sana.

Terimakasih
PS : Aku menunggumu di bangku itu

Ajakan kencan? Apakah dia menerimaku? Benarkah? Ya, Tuhan! Apakah aku bermimpi? Yes! Yes! Yes!

"Akhirnya!"

"Kenapa?" Tanya Hyukjae sambil menepuk pundakku.

OooooooooooooO

Kencan pertama

"Hosh... Hosh... Kyu maaf telat, kau pasti sudah lama menungguku" Syal pink yang kukenakan sudah berantakan. Aku tidak peduli. Aku memang salah tidak bisa tidur semalaman tadi yang berakibat kesiangan. Ya, aku terlampau grogi dengan kencanku hari ini.

"Belum lama" Kyu berdiri dari duduknya dan membantuku memperbaiki syalku. Sedetik telunjuknya menyentuh kulit luar pipiku. Dingin. Sangat dingin. Dia bohong. Dia sudah lama menungguku.

"Mengenai suratmu kemarin.."

"Ya?."

"Terimakasih."

Hanya itu? Apakah hanya itu?

"Ayo !." Kyu menarik tanganku dan memasukkannya bersama tangannya ke dalam saku jaket hitamnya. Sungguh hangat.

"Kemana?" Belum sempat aku mencerna perkataannya tadi dia sudah membawaku berlari.

"Kencan"

OoooooooooooooooO

Ciuman pertama

Sudah sebulan aku menjalin perasaan dengan Kyu. Mungkin memang hanya aku yang menyukainya. Dia sama sekali belum pernah mengucapkan cinta untukku. Aku tahu mungkin aku egois tapi aku membutuhkan kata itu. Dia selalu berdiri di sebelahku menjadi selayaknya orang asing yang sama sekali tidak ku kenal. Dia belum pernah melakukan apapun untuku. Hanya sebatas genggaman tangan dan itupun hanya terjadi ketika kencan pertama kami. Hyukjae berkali-kali meyakinkanku bahwa Kyu sangat menyukaiku. Tapi, aku yang terlalu awam sangat membutuhkan sebuah kepastian. Katakan saja aku egois. Mungkin memang cocok untukku.

"Kyu?." Perpustakaan. Di sudut perpustakaan ini kami sering menghabiskan waktu bersama dalam kesunyian. Sudut yang hanya kami berdua terlalu sibuk dengan berbagai buku yang sama sekali tidak kupahami.

"Ya?."

"Apakah kau mencintaiku?."

Sesaat ku melihat Kyu terkejut mendengar pertanyaanku. Kacamata dengan bingkai logam bewarna hitam dilepaskan dan diletakkannya di atas buku yang tadi dibacanya.

"Apakah kau membutuhkannya?"

"Cium aku!"

"Kau belum membutuhkannya" Kyu kembali memakai kacamatanya dan larut dalam buku yang ada di tangannya.

Lihat! Dia begitu sombong! Susah payah aku mengumpulkan keberanianku untuk mengatakannya dia bahkan tidak memperdulikanku. Apa maunya?

"Aku pulang!" Buku-buku milikku yang berserakan di meja kukumpulkan. Memeluknya erat dengan satu tangan dan pergi meninggalkan Kyu. Aku sudah capek menghadapi kesombongannya. Aku belum mengenal dia. Oh, salah. Aku tidak mengenalnya. Belum dua langkah aku meninggalkannya dia sudah menarik tanganku dan memaksaku duduk di pangkuannya.

"Kau belum mengenalku" Kyu melepaskan kacamatanya lagi. Tangkai kacamata yang terbuat dari logam di sentuhkannya ke pipiku. Menyusurinya seinchi demi seinchi. Aku diam. Kyu berbeda dari biasanya.

"Buat aku mengenalmu!" Setetes air jatuh dari pelupuk mata kiriku. Kenapa aku begitu cengeng!

Kyu terkejut seperti menyadari betapa rapuhnya diriku. Secara tiba-tiba Kyu menempelkan bibirnya di pipiku. Menyusuri jejak tangisan di pipiku. Dia menjilatnya. Menjilat air mataku yang jatuh.

"Kau mungkin akan menyesal memilihku"

Belum sempat aku menetralisir keadaan hatiku yang berdegub dengan kencangnya Kyu membungkam bibirku dengan bibirnya. Hanya sentuhan. Sentuhan saja. Hanya lima detik. Tangisan ku sudah berhenti dari 12 detik yang lalu. Memandang takjub ke sosok pria yang hanya berjarak 10 cm dari wajahku.

"Sangat menyesal" Kyu kembali menempelkan bibirnya di bibirku. Melumatnya habis. Sesaat aku terdiam sampai lidahnya menjilati bibirku seperti meminta ijin untuk memasuki. Ya, lakukan saja. Lidahnya sudah bermain di lidahku. Menyusuri langit-langit mulutku. Sangat panjang dan lama. Sampai akhirnya aku mendorong tubuhnya. Aku membutuhkan oksigen. Wajahku memerah lagi. Begitu pula wajah Kyu. Sama sepertiku. Aku malu. Dia menutupinya dengan kedua tangan kirinya. Rambut coklatnya sudah berantakan bekas pegangan tanganku.

"Aku memang harus pulang." Ucapku. Yang kali ini tanpaa ragu berlari meninggalkannya.

OoooooooooooooooooooO

Rahasia pertama

Ya, disinilah aku. Menemani Wookie yang sepertinya ngidam cheese cake buatan kafe ini. Kafe yang dipenuhi namja tampan berkacamata. Seharusnya aku tahu Wookie memiliki maksud tersendiri mengajakku dan Hyukjae sekedar untuk melepaskan hasratnya akan cheese cake. Yesung-hyung. Aku mengenalnya. Wookie sepertinya menyukai namja itu yang menjadi butler di kafe ini. Atau bahkan mereka sudah berhubungan lebih dari yang kubayangkan. Pacaran mungkin.

"Terimakasih Minnie!" Wookie memelukku. Aku tak bisa menolak tampang imutnya ini. Dia memang sangat imut. Aku ragu dia ini namja. Tapi jika melihat dada yang rata dan bagian yang menonjol di bawah cepat-cepat membuatku kembali berpikir Wookie adalah namja. *hadeh, si Minnie ga sadar diri*lol

"Dasar childish!" Celetuk Hyukjae sambil menyeruput teh hijaunya.

"Hyukjae!" Wookie memajukan bibirnya. Masih tetap imut.

Aku hanya bisa tertawa.

"Tapi kuakui Yesung mu keren sih~" Hyukjae menarik hidung mancung Wookie yang segera membuat wajah Wookie bersemu merah.

"Tapi, apa Wookie gak cemburu ngeliat Yesung-hyung melayani wanita lain?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah Yesung-hyung yang sedang melayani segerombolan anak SMA.

"Cemburu tau! Sakit, nih! Tapi, Aku gak bisa berbuat apa-apa. Yesung-hyung suka. Aku hanya bisa ngeliat dari jauh aja" Sesaat Wookie tersenyum melihat Yesung-hyung yang ternyata senyuman itu merupakan balasan terhadap senyuman Yesung-hyung yang melihat Wookie dari tadi.

"Wookie bisa dewasa juga, yak?" Hyukjae kembali menarik hidung Wookie.

"Eh, Aku kebelakang dulu, ya?" Wookie melap bibirnya sebentar dan pamit permisi ke belakang. Seem likes women do.

"Ck, kedua temanku ini makin lama makin mirip yeojya deh" Gumam Hyukjae pelan tapi masih bisa terdengar olehku.

Aku tersenyum.

"Owh, Shit!" Umpat Hyukjae dengan paras terkejut.

"Kenapa Hyukkie?" Tanyaku yang mengikuti pandangan mata Hyukjae.

"Jangan Minnie!" Hyukjae menarik kepalaku cepat. Memaksaku melihatnya. Wajahnya diliputi kekhawatiran.

"Kenapa Hyukkie? Ada apa di belakang?" Aku sungguh penasaran dengan apa yang membuat Hyukjae terkejut.

"Gak ada apa-apa. Temenin aku ke toilet aja," Hyukjae menarik tanganku dengan kepala yang masih tertahan dengan satu tangannya lagi.

"Kenapa sih?"

"Cerewet!" Hyukjae tetap menarik tanganku sampai di depan toilet.

"Jangan kemana-mana! Tetep disini ajah! Oke?" Hyukjae mewanti-wantiku seperti seorang ibu. Aneh. Kembali aku tertawa melihat tingkahnya.

Pintu toilet telah di tutup Hyukjae. Aku yang berdiri di depan pintu hanya bisa mengotak-ngatik ponsel violet kesayanganku. Ada foto Kyu yang kuambil secara diam-diam ketika kami belajar bersama di perpus beberapa minggu yang lalu.

"Apa kamu tidak berlebihan terhadap pelangganmu?" Suara seorang yeojya mengusik konsentrasiku. Suara yang berada di di sudut lorong sana.

"Kalau pelanggan sepertimu aku tidak kan pernah menyesal" Suara itu? Suara yang sangat ku kenal. Ku mohon bukan dia.

Diam-diam aku melangkahkan kakiku menuju ke balik dinding yang menjadi asal suara itu. Hatiku menjadi sangat tidak tenang. Khawatir apa yang kutakutkan menjadi kenyataan. Seorang yeojya dengan rok minim tersudut dengan tangan kiri sang pria mengapit tubuhnya sehingga yeojya itu seperti terkurung dalam kekuasaannya. Namja dengan pakaian yang sama seperti yesung-hyung, namja dengan kacamata berbingkai hitam yang bertengger di atas hidungnya. Namja yang baru saja kulihat fotonya dari ponselku. Namja yang bernama Cho Kyuhyun.

"Kau nakal!" Yeojya itu tidak segan-segan mencium leher jenjang Kyu yang lebih tinggi darinya. Kyu Membiarkannya. Tangan kanannya yang memegang soft drink dingin di sentuhkannya ke pahanya yang membuat yeojya itu menggelinjang kegelian. Menyusuri paha putih yang memang betul-betul terekspos dengan jelasnya.

"Kau memang benar-benar nakal!"

"I am" Kyu tersenyum.

Aku sudah tidak tahan lagi. Sudah cukup. Setetes air jatuh dari ujung mataku. Aku kembali menangis untuk seorang Cho Kyuhyun.

"Kyu?" Bibirku bergetar menyebut namanya. Aku sudah tidak peduli. Sudah tidak peduli lagi.

Kyu menoleh kearahku bersamaan dengan wanita itu. Mimik terkejut Kyu yang sedetik kemudian seperti tidak terjadi apa-apa makin membuatku ingin lari dari sini.

"Mianhae" Aku sudah tidak sanggup lagi melihat semuanya. Ku mohon kenapa aku harus melihat semua ini?

"Ooo, Sial" Ujar Hyukjae yang berdiri di belakangku tanpa kusadari.

TBC

OooooooooooooooooO

Gimana chingudeul? Aneh? As always mah itu XD
Umm… rencananya sih saya bakal lanjutin Fic ini kalo Jawabannya positif, yg artinya banyak yang nge-Coment dan minta dilanjutin~ ekekekekeke *dilempar sandal*

Ok chingudeul, di Coment ya, biar author bisa nentuin apakah fic ini bakal lanjut atau ga XD
Btw, GOMAWO buat Readers yg udah nge-Coment semua FF saya,
Ingat ketentuan ada ditangan para readers  Chapter ke-2 bakalan lebih yadong dari yg ini makanya kalau ada yg gak suka jangan dibaca Chapter ke-2nya N aku akan melanjutkan kalau kalian meng-Coment untuk dilanjutkan dan mengelike nya
Keep Read and Coment ya chingudeul ^_^)v

Kunjungi Wordpress ku klik  disini

Gomawo

0 komentar:

 

♥KOREAN CHINGU (한국 친구)♥ © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor